Jumat, 20 Mei 2011

Tegarlah Agar Kau DicintaiNya

terpublish disini : http://www.dakwatuna.com/2011/09/12108/tegarlah-agar-kau-dicintainya/


Bismillahirrahmanirrahiim,,


Bagi para akhwat, menjalani kehidupan sebagai istri dan ibu adalah berarti menjalankan sebuah peran besar dengan segala tuntutannya. Ketika ia memutuskan untuk menikah, saat itu pula segala kesenangan serta kesusahan ditanggung bersama. Masa-masa indah di awal pernikahan mungkin belum mendatangkan berbagai cobaan yang sebenarnya akan menguatkan ikatan cinta dan keimanan mereka. 
Namun, adapula mereka yang sejak awal harus melewati sekian rintangan demi mengukuhkan tekad menggenapkan setengah dien.Tak sedikit saya mendapati cerita-cerita seputar suka-duka berumahtangga. Bagi sebagian yang lain mungkin cerita seputar lika-liku rumah tangga bisa jadi mengakibatkan ketakutan bagi mereka yang belum menikah. Takut akan mengalami kesulitan yang di alami oleh fulanah, khawatir tak akan sanggup menghadapi cobaan seperti yang dihadapi fulanah yang lain. 


Dan, akhirnya berhari-hari mengukur diri, kapankah saat yang tepat menyatakan diri SIAP untuk MENIKAH? selanjutkan mereka-reka kesanggupan bila harus mengalami peristiwa ini-itu yang dialami oleh mereka yang telah bercerita banyak.

Hampir setiap saat ummi selalu membawa cerita hikmah dari setiap aktivitasnya. Tentu saja cerita hikmah yang disampaikan seputar biduk rumahtangga. Kadang saya berpikir kenapa harus di sampaikan pada saya cerita itu? Ternyata memang harus disampaikan agar saya dan untuk anak-anaknya yang belum menikah mengambil hikmah lewat cerita tersebut. Itupula yang disampaikan ummi pada saya.

Malam itu, sambil mempersiapkan bahan untuk materi yang akan ummi ajarkan esok hari pada anak didiknya. saya pun masih sibuk membuat tulisan yang akan di persiapkan untuk aktivitas esok. Mulailah ummi mengawali ceritanya.

Teman ummi, Sebut saja namanya Ika seorang akhwat muda yang berani mengambil keputusan menggenapkan dien di tahun pertama kuliahnya. Memiliki suami yang juga masih kuliah. Kalau dipikir-pikir berapa penghasilan yang dihasilkan dari seorang mahasiswa? Mungkin memang tak cukup untuk memenuhi segala kebutuhan mereka berdua. Padahal kebutuhan sehari-hari harus dipenuhi. Adakalanya seorang istri harus menghadapi kenyataan sulitnya mengatasi masalah keuangan keluarga. Disatu sisi ada kebutuhan mereka berdua yang harus dipenuhi, di sisi lain suami pun masih punya kewajiban menafkahi orang tua dan saudara kandung yang masih harus ditanggung.
“Kalau kamu menghadapi kondisi seperti itu bagaimana? Tanya ummi.

Saya kemudian terdiam sejenak sambil berhenti menulis. Belum sampai saya mengeluarkan kata-kata sedikitpun, ummi lantas melanjutkan pembicaraannya.
“Sebenarnya setiap perjalanan hidup berumah-tangga pastilah terdapat banyak hal yang sebenarnya akan menguji setiap jenak kesadaran kita untuk memperjuangkan ikatan suci ini, baik itu berupa kesenangan dan kemudahan yang Allah berikan.

Misalnya suami harus lebih “ekstra” mencari nafkah, sedangkan istri harus lebih “ekstra” mengatur keuangan rumahtangga. Jadi menteri keuangan yang diamanahi oleh suami memang tak mudah. mulailah dari situ Ika berpikir keras bagaimana bisa uang yang ada bisa memenuhi kebutuhannya. Ya, paling tidak cukup makan, cukup untuk bayar kontrakan, cukup untuk biaya kuliah suami, cukup yang lainnya. Ada tuntutan tersendiri ketika ia harus terburu-buru pulang dari kampus untuk sampai kerumah karena belum masak yang harus terhidangkan untuk suaminya, pekerjaan rumah belum selesai, belum lagi kewajiban sebagai guru “Les” yang juga harus ia tunaikan. Untung Ika memiliki suami yang sangat sayang padanya, paham dengannya. Hingga urusan pekerjaan rumah, masak, mencuci suami ikut membantunya.

Bagaimana pun, dalam keadaan apapun, sepelik apapun ujian itu, senyum manis serta kasih sayang itu haruslah selalu tercurahkan untuk mereka yang di cintai : Suami misalnya. Disadari ataupun tidak Istri dan Ibu merupakan sumber kekuatan cinta yang akan menambah energi bagi mereka. Memang tidaklah bisa memaksakan akhwat menjadi superwoman dan menjalani segala sesuatunya dengan sempurna.

Seperti Khodijah yang setia mendampingi Rosulullah tercinta saat kapan pun, saat suka maupun duka. Ialah yang pertama kali memberikan rengkuhan kekuatan baginya kala dibutuhkan. Ialah sokongan bagi setiap celah jihad suami. Ialah yang pantas untuk paling dicintai, dan namanya pun terukir mengalahkan bidadari. ” Ucap Ummi.

Terdiam cukup lama, berusaha meresapi dan memaknai dari setiap ucapan ummi. Ingin berkomentar sesuatu, tapi saya urungkan. Lagi..dan lagi…selalu ada pelajaran berharga dari setiap cerita “hikmah” yang ummi sampaikan pada saya. Sepertinya tak perlu jauh-jauh dan repot-repot membeli buku serta mencari teori tentang hal ini.

Rupanya hikmah itu kalau mau kita sadari sangat dekat dengan keseharian kita. Pertanyaannya sudahkah kita enggeh kalau ternyata hikmah itu banyak bertebaran di sekeliling kita? Hingga menjadikan racikan bumbu kehidupan itu bertambah sedap rasanya.

Semoga Allah karuniakan kepada kita keluarga yang selalu melakukan dan mempersembahkan yang terbaik bagi dirinya, keluarga, serta Rabb-nya.
Yang dapat bangkit kembali, setelah lelah-letihnya, yang tak menghentikan ikhtiar dan do’a dan meyakini bahwa Allah akan menetapkan sesuatu yang terbaik bagi Hamba-hambaNya sepelik apapun ujian hidupnya.


Terima Kasih Ummi…..melalui dirimu ada sesuatu yang bisa kupelajari….
Melalui ceritamu…..ada sesuatu yang harus kupahami……
Ternyata menjadi Isteri, Ibu memang tak mudah Ia harus tetap tegar, disaat semangatnya tetap di butuhkan.



Markaz Pribadi, Jatipadang
Mei 2011
Ditujukan untuk kalian yang sedang mempersiapkan diri untuk menjadi Isteri dan Ibu, semoga bermanfaat…

terpublish disini : http://www.dakwatuna.com/2011/09/12108/tegarlah-agar-kau-dicintainya/


Bismillahirrahmanirrahiim,,


Bagi para akhwat, menjalani kehidupan sebagai istri dan ibu adalah berarti menjalankan sebuah peran besar dengan segala tuntutannya. Ketika ia memutuskan untuk menikah, saat itu pula segala kesenangan serta kesusahan ditanggung bersama. Masa-masa indah di awal pernikahan mungkin belum mendatangkan berbagai cobaan yang sebenarnya akan menguatkan ikatan cinta dan keimanan mereka. 
Namun, adapula mereka yang sejak awal harus melewati sekian rintangan demi mengukuhkan tekad menggenapkan setengah dien.Tak sedikit saya mendapati cerita-cerita seputar suka-duka berumahtangga. Bagi sebagian yang lain mungkin cerita seputar lika-liku rumah tangga bisa jadi mengakibatkan ketakutan bagi mereka yang belum menikah. Takut akan mengalami kesulitan yang di alami oleh fulanah, khawatir tak akan sanggup menghadapi cobaan seperti yang dihadapi fulanah yang lain. 


Dan, akhirnya berhari-hari mengukur diri, kapankah saat yang tepat menyatakan diri SIAP untuk MENIKAH? selanjutkan mereka-reka kesanggupan bila harus mengalami peristiwa ini-itu yang dialami oleh mereka yang telah bercerita banyak.

Hampir setiap saat ummi selalu membawa cerita hikmah dari setiap aktivitasnya. Tentu saja cerita hikmah yang disampaikan seputar biduk rumahtangga. Kadang saya berpikir kenapa harus di sampaikan pada saya cerita itu? Ternyata memang harus disampaikan agar saya dan untuk anak-anaknya yang belum menikah mengambil hikmah lewat cerita tersebut. Itupula yang disampaikan ummi pada saya.

Malam itu, sambil mempersiapkan bahan untuk materi yang akan ummi ajarkan esok hari pada anak didiknya. saya pun masih sibuk membuat tulisan yang akan di persiapkan untuk aktivitas esok. Mulailah ummi mengawali ceritanya.

Teman ummi, Sebut saja namanya Ika seorang akhwat muda yang berani mengambil keputusan menggenapkan dien di tahun pertama kuliahnya. Memiliki suami yang juga masih kuliah. Kalau dipikir-pikir berapa penghasilan yang dihasilkan dari seorang mahasiswa? Mungkin memang tak cukup untuk memenuhi segala kebutuhan mereka berdua. Padahal kebutuhan sehari-hari harus dipenuhi. Adakalanya seorang istri harus menghadapi kenyataan sulitnya mengatasi masalah keuangan keluarga. Disatu sisi ada kebutuhan mereka berdua yang harus dipenuhi, di sisi lain suami pun masih punya kewajiban menafkahi orang tua dan saudara kandung yang masih harus ditanggung.
“Kalau kamu menghadapi kondisi seperti itu bagaimana? Tanya ummi.

Saya kemudian terdiam sejenak sambil berhenti menulis. Belum sampai saya mengeluarkan kata-kata sedikitpun, ummi lantas melanjutkan pembicaraannya.
“Sebenarnya setiap perjalanan hidup berumah-tangga pastilah terdapat banyak hal yang sebenarnya akan menguji setiap jenak kesadaran kita untuk memperjuangkan ikatan suci ini, baik itu berupa kesenangan dan kemudahan yang Allah berikan.

Misalnya suami harus lebih “ekstra” mencari nafkah, sedangkan istri harus lebih “ekstra” mengatur keuangan rumahtangga. Jadi menteri keuangan yang diamanahi oleh suami memang tak mudah. mulailah dari situ Ika berpikir keras bagaimana bisa uang yang ada bisa memenuhi kebutuhannya. Ya, paling tidak cukup makan, cukup untuk bayar kontrakan, cukup untuk biaya kuliah suami, cukup yang lainnya. Ada tuntutan tersendiri ketika ia harus terburu-buru pulang dari kampus untuk sampai kerumah karena belum masak yang harus terhidangkan untuk suaminya, pekerjaan rumah belum selesai, belum lagi kewajiban sebagai guru “Les” yang juga harus ia tunaikan. Untung Ika memiliki suami yang sangat sayang padanya, paham dengannya. Hingga urusan pekerjaan rumah, masak, mencuci suami ikut membantunya.

Bagaimana pun, dalam keadaan apapun, sepelik apapun ujian itu, senyum manis serta kasih sayang itu haruslah selalu tercurahkan untuk mereka yang di cintai : Suami misalnya. Disadari ataupun tidak Istri dan Ibu merupakan sumber kekuatan cinta yang akan menambah energi bagi mereka. Memang tidaklah bisa memaksakan akhwat menjadi superwoman dan menjalani segala sesuatunya dengan sempurna.

Seperti Khodijah yang setia mendampingi Rosulullah tercinta saat kapan pun, saat suka maupun duka. Ialah yang pertama kali memberikan rengkuhan kekuatan baginya kala dibutuhkan. Ialah sokongan bagi setiap celah jihad suami. Ialah yang pantas untuk paling dicintai, dan namanya pun terukir mengalahkan bidadari. ” Ucap Ummi.

Terdiam cukup lama, berusaha meresapi dan memaknai dari setiap ucapan ummi. Ingin berkomentar sesuatu, tapi saya urungkan. Lagi..dan lagi…selalu ada pelajaran berharga dari setiap cerita “hikmah” yang ummi sampaikan pada saya. Sepertinya tak perlu jauh-jauh dan repot-repot membeli buku serta mencari teori tentang hal ini.

Rupanya hikmah itu kalau mau kita sadari sangat dekat dengan keseharian kita. Pertanyaannya sudahkah kita enggeh kalau ternyata hikmah itu banyak bertebaran di sekeliling kita? Hingga menjadikan racikan bumbu kehidupan itu bertambah sedap rasanya.

Semoga Allah karuniakan kepada kita keluarga yang selalu melakukan dan mempersembahkan yang terbaik bagi dirinya, keluarga, serta Rabb-nya.
Yang dapat bangkit kembali, setelah lelah-letihnya, yang tak menghentikan ikhtiar dan do’a dan meyakini bahwa Allah akan menetapkan sesuatu yang terbaik bagi Hamba-hambaNya sepelik apapun ujian hidupnya.


Terima Kasih Ummi…..melalui dirimu ada sesuatu yang bisa kupelajari….
Melalui ceritamu…..ada sesuatu yang harus kupahami……
Ternyata menjadi Isteri, Ibu memang tak mudah Ia harus tetap tegar, disaat semangatnya tetap di butuhkan.



Markaz Pribadi, Jatipadang
Mei 2011
Ditujukan untuk kalian yang sedang mempersiapkan diri untuk menjadi Isteri dan Ibu, semoga bermanfaat…

Jalan Meraih Mimpi, Biarkan Cara Allah Bekerja

 Coba hitung sudah berapa banyak buku tentang mimpi yang pernah kita baca? Mulai dari mimpi abal-abal dari negeri dongeng cinderella atau putri salju sampai mimpi dengan kisah heroik macam Bill Gates ataupun Stave Jobs atau bahkan mimpi seperti cerita dalam Laskar Pelangi itu? Sudah pernahkah kalian bermimpi? Seberapa besar hal yang kalian impikan dan kalian yakin bahwa mimpi itu will come true? Pernah dari kalian yakin bahwa suatu saat mimpi itu akan terwujud?

Saya pernah membaca tulisan tentang sejarah cita-cita dan kesuksesan. Seorang yang sukses pasti mempunyai sejarah dan pembentuk mental suksesnya. Misalnya saja, seorang Kholid Bin Walid. kalian tau siapa dia? Pahlawan perang Yarmuk dan panglima perang termasyhur dalam sejarah islam ternyata menjadi orang paling sukses.

Kesuksesan Kholid membawa panji-panji kemenangan Islam bukan datang secara tiba-tiba. Kemenangan dalam perang Yarmuk, boleh jadi sebuah puncak dari kegemarannya bermain perang-perangan saat masa kanak-kanan dan remaja di lembah Yarmuk. Luar biasa bukan? Masih ada lagi kisah kesukesan lain, kalian tau Afganistan? Ya, Afganistan kita kenal sebagai satu-satunya negara yang tidak pernah tertundukkan meskipun tetap diperangi oleh berbagai bangsa mulai dari Jengis Khan, Soviet dan kini Amerika. Kalian tau rahasianya kenapa Afganistan tidak pernah tertundukkan? Karena konon kabarnya rakyat Afganistan adalah anak turunan dari Kholid Bin Walid.

Begitupun mimpi dan cita-cita yang ingin dikisahkan dalam cerita berikut.

Malam itu hujan begitu deras halilintar bersahutan rumah mungil fatih yang berjendela kawat tak mampu membendung derasnya angin kencang yang membawa butiran-butiran air hujan untuk turut masuk tanpa dipersilakan. Wanita paling cantik sedunia yang duduk manis dihadapannya bercerita padanya tentang kemegahan Ibu Kota Jakarta.

Wanita paling cantik sedunia itu menceritakan padanya tentang bangunan megah tinggi menjulang diantara gedung-gedung megah Jakarta. Dia bercerita tentang indahnya monas merasakan betapa sejuknya semilir angin yang berhembus di puncak monas dan pemandangan menakjubkan yang terlihat dari puncak monas. Hujan deras masih mengiring jalannya cerita seru dari wantia paling cantik sedunia.

Belum selesai wanita itu bercerita, Fatih kecil memotong pembicaraannya dengan penuh semangat ia pun berkata, “Umiiii..kalau udah gede aku juga pengen naek monas sama kaya umiii.” Wanita paling cantik sedunia hanya tersenyum mendengar suara mungil dari anaknya, namun senyum kecilnya itu begitu berarti untuk Fatih kecil.

Cita-citanya simple, sederhana, mimpinya pun sederhana hanya ingin menginjakkan kaki ke monas. Banyak diantara teman-teman fatih menertawakannya, bagi mereka mustahil seorang anak petani dari Magetan-Jawa Timur yang tinggal di pelosok desa bisa menginjakkan kaki ke Jakarta. Dan ternyata apa yang terjadi? Sebelas tahun setelahnya. Setelah malam penuh cinta yang ditemani hujan deras dan halilintar yang saling bersahutan setelah malam penuh mimpi sederhana dari seorang anak yang sederhana kini mimpinya menjadi kenyataan ia sudah berada di puncak monas. Mimpi-mimpi itu tidak berhenti hanya di ujung monas. Ditahun yang sama saat ia bermimpi ingin mengikuti lomba tahfiz al-qur’an dan menjadi salah satu peserta terbaik lagi-lagi ia bisa mendapatkannya. Menjadi peserta terbaik tingkat kabupaten. Ia berdiri dihadapan ratusan orang untuk menaiki podium dan meraih piala kebanggaannya. Subhanallah, lebih luar biasa lagi bukan?

Itu hanyalah sedikit kisah tentang seorang anak kecil yang tinggal di pelosok desa jauh dari keramaian dan asing dari pengetahuan memiliki cita-cita yang sederhana. Tidak sedikit diantara kita pasti mempunyai impian dan cita-cita, bukan? Memiliki impian dan cita-cita yang besar bukan sekedar ingin menginjakkan kaki di monas seperti Fatih kecil bisa jadi cita dan mimpi kalian lebih besar dari itu. Nah, bagaimana masih tidak yakin dengan kekuatan mimpi? Masih adakah diantara kita yang meragukannya?

Sekarang, ambillah secarik kertas kosong dan tulis dalam kertas itu berisi list mimpi dan cita-cita kalian mulai dari mimpi-mimpi kecil hingga mimpi-mimpi besar. Tuliskan saja, setelah itu tempelkan pada kaca, pintu lemari, tembok kamar agar mudah kalian jumpai dan mudah mengingatnya. Dan yakinlah suatu saat nanti kalian bisa merealisasikan mimpi-mimpi yang kalian tuang dalam secarik kertas itu.

Ketika ada kesempatan walaupun sekecil apapun kesempatan untuk merealisasikan mimpi itu maka ambilah kesempatan itu. Kita tidak pernah tau bagaimana takdir Allah bekerja terhadap perubahan diri kita. Sebagaimana Allah juga ngingetin kita dalam sebuah ayat-Nya

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Qs. Ar-Ra’d:11)

Kadangkala kita hanya diberi pilihan untuk mengambil kesempatan itu dan mengikhtiarkannya atau pilihan lain adalah melewatkan kesempatan itu berlalu bersama waktu.

Jika pilihan itu jatuh kepada pilihan mengambil kesempatan adalah pilihan yang tepat, sekarang saatnya kita berjuang dengan maksimal tidak perlu terobsesi pada hasilnya biarkan takdir Allah yang bekerja menurut kadar dan ukurannya. Bermimpilah setinggi-tinggi dan sebanyak mungkin jangan lupa diiringi dengan usaha yang gigih dan pantang menyerah, merubah diri kepada hal-hal yang baik dan positif dan terakhir jangan lupa berdo’a minta pada Allah agar Dia membantu kita untuk merealisasikan mimpi dan cita-cita kita tersebut selanjutnya lihatlah beberapa minggu, bulan, tahun-tahun kedepan adakah dari list mimpi-mimpi kita yang tidak pernah berjawab? Jika tidak yakin? Cobalah! Karena anda sendiri yang bisa merasakannya!


Markaz Pribadi, 17 Mei 2011
Jatipadang - Perjalanan meraih mimpi bersamanya Insya Allah pasti!

terpublish disini :
http://www.dakwatuna.com/2013/02/27757/jalan-meraih-mimpi-biarkan-cara-allah-bekerja/

 Coba hitung sudah berapa banyak buku tentang mimpi yang pernah kita baca? Mulai dari mimpi abal-abal dari negeri dongeng cinderella atau putri salju sampai mimpi dengan kisah heroik macam Bill Gates ataupun Stave Jobs atau bahkan mimpi seperti cerita dalam Laskar Pelangi itu? Sudah pernahkah kalian bermimpi? Seberapa besar hal yang kalian impikan dan kalian yakin bahwa mimpi itu will come true? Pernah dari kalian yakin bahwa suatu saat mimpi itu akan terwujud?

Saya pernah membaca tulisan tentang sejarah cita-cita dan kesuksesan. Seorang yang sukses pasti mempunyai sejarah dan pembentuk mental suksesnya. Misalnya saja, seorang Kholid Bin Walid. kalian tau siapa dia? Pahlawan perang Yarmuk dan panglima perang termasyhur dalam sejarah islam ternyata menjadi orang paling sukses.

Kesuksesan Kholid membawa panji-panji kemenangan Islam bukan datang secara tiba-tiba. Kemenangan dalam perang Yarmuk, boleh jadi sebuah puncak dari kegemarannya bermain perang-perangan saat masa kanak-kanan dan remaja di lembah Yarmuk. Luar biasa bukan? Masih ada lagi kisah kesukesan lain, kalian tau Afganistan? Ya, Afganistan kita kenal sebagai satu-satunya negara yang tidak pernah tertundukkan meskipun tetap diperangi oleh berbagai bangsa mulai dari Jengis Khan, Soviet dan kini Amerika. Kalian tau rahasianya kenapa Afganistan tidak pernah tertundukkan? Karena konon kabarnya rakyat Afganistan adalah anak turunan dari Kholid Bin Walid.

Begitupun mimpi dan cita-cita yang ingin dikisahkan dalam cerita berikut.

Malam itu hujan begitu deras halilintar bersahutan rumah mungil fatih yang berjendela kawat tak mampu membendung derasnya angin kencang yang membawa butiran-butiran air hujan untuk turut masuk tanpa dipersilakan. Wanita paling cantik sedunia yang duduk manis dihadapannya bercerita padanya tentang kemegahan Ibu Kota Jakarta.

Wanita paling cantik sedunia itu menceritakan padanya tentang bangunan megah tinggi menjulang diantara gedung-gedung megah Jakarta. Dia bercerita tentang indahnya monas merasakan betapa sejuknya semilir angin yang berhembus di puncak monas dan pemandangan menakjubkan yang terlihat dari puncak monas. Hujan deras masih mengiring jalannya cerita seru dari wantia paling cantik sedunia.

Belum selesai wanita itu bercerita, Fatih kecil memotong pembicaraannya dengan penuh semangat ia pun berkata, “Umiiii..kalau udah gede aku juga pengen naek monas sama kaya umiii.” Wanita paling cantik sedunia hanya tersenyum mendengar suara mungil dari anaknya, namun senyum kecilnya itu begitu berarti untuk Fatih kecil.

Cita-citanya simple, sederhana, mimpinya pun sederhana hanya ingin menginjakkan kaki ke monas. Banyak diantara teman-teman fatih menertawakannya, bagi mereka mustahil seorang anak petani dari Magetan-Jawa Timur yang tinggal di pelosok desa bisa menginjakkan kaki ke Jakarta. Dan ternyata apa yang terjadi? Sebelas tahun setelahnya. Setelah malam penuh cinta yang ditemani hujan deras dan halilintar yang saling bersahutan setelah malam penuh mimpi sederhana dari seorang anak yang sederhana kini mimpinya menjadi kenyataan ia sudah berada di puncak monas. Mimpi-mimpi itu tidak berhenti hanya di ujung monas. Ditahun yang sama saat ia bermimpi ingin mengikuti lomba tahfiz al-qur’an dan menjadi salah satu peserta terbaik lagi-lagi ia bisa mendapatkannya. Menjadi peserta terbaik tingkat kabupaten. Ia berdiri dihadapan ratusan orang untuk menaiki podium dan meraih piala kebanggaannya. Subhanallah, lebih luar biasa lagi bukan?

Itu hanyalah sedikit kisah tentang seorang anak kecil yang tinggal di pelosok desa jauh dari keramaian dan asing dari pengetahuan memiliki cita-cita yang sederhana. Tidak sedikit diantara kita pasti mempunyai impian dan cita-cita, bukan? Memiliki impian dan cita-cita yang besar bukan sekedar ingin menginjakkan kaki di monas seperti Fatih kecil bisa jadi cita dan mimpi kalian lebih besar dari itu. Nah, bagaimana masih tidak yakin dengan kekuatan mimpi? Masih adakah diantara kita yang meragukannya?

Sekarang, ambillah secarik kertas kosong dan tulis dalam kertas itu berisi list mimpi dan cita-cita kalian mulai dari mimpi-mimpi kecil hingga mimpi-mimpi besar. Tuliskan saja, setelah itu tempelkan pada kaca, pintu lemari, tembok kamar agar mudah kalian jumpai dan mudah mengingatnya. Dan yakinlah suatu saat nanti kalian bisa merealisasikan mimpi-mimpi yang kalian tuang dalam secarik kertas itu.

Ketika ada kesempatan walaupun sekecil apapun kesempatan untuk merealisasikan mimpi itu maka ambilah kesempatan itu. Kita tidak pernah tau bagaimana takdir Allah bekerja terhadap perubahan diri kita. Sebagaimana Allah juga ngingetin kita dalam sebuah ayat-Nya

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Qs. Ar-Ra’d:11)

Kadangkala kita hanya diberi pilihan untuk mengambil kesempatan itu dan mengikhtiarkannya atau pilihan lain adalah melewatkan kesempatan itu berlalu bersama waktu.

Jika pilihan itu jatuh kepada pilihan mengambil kesempatan adalah pilihan yang tepat, sekarang saatnya kita berjuang dengan maksimal tidak perlu terobsesi pada hasilnya biarkan takdir Allah yang bekerja menurut kadar dan ukurannya. Bermimpilah setinggi-tinggi dan sebanyak mungkin jangan lupa diiringi dengan usaha yang gigih dan pantang menyerah, merubah diri kepada hal-hal yang baik dan positif dan terakhir jangan lupa berdo’a minta pada Allah agar Dia membantu kita untuk merealisasikan mimpi dan cita-cita kita tersebut selanjutnya lihatlah beberapa minggu, bulan, tahun-tahun kedepan adakah dari list mimpi-mimpi kita yang tidak pernah berjawab? Jika tidak yakin? Cobalah! Karena anda sendiri yang bisa merasakannya!


Markaz Pribadi, 17 Mei 2011
Jatipadang - Perjalanan meraih mimpi bersamanya Insya Allah pasti!

terpublish disini :
http://www.dakwatuna.com/2013/02/27757/jalan-meraih-mimpi-biarkan-cara-allah-bekerja/

Senin, 02 Mei 2011

Penjaga Ayat-Ayat CintaNya

Saya masih ingat betul pertemuan pertama dengannya disebuah literasi pena berkumpulnya para sahabat pena. Persaudaraan kami berlanjut, bahkan bukan sekedar pertemanan lebih dari itu persaudaraan yang berubah kasih sayang dan kedekatan. Saya sudah menganggapnya seperti mba, karena memang saya tidak punya mba “kakak” sekandung. Kalau kakak tak sekandung banyak.


Jakarta, tepatnya Jatipadang city saat ia menyapa seluruh tubuh masih dibalut selimut tebal meringsut di kamar. Pagi ini terasa dingin sekali setelah semalaman suntuk mengerjakan tugas-tugas yang belum rampung. Mata terasa kantuk berat.


“Pagi cinta, bagaimana kabar imanmu hari ini? Sehatkah ia? Bagaimana kabar hafalanmu hari ini? Bertambahkah ia?


Glek! Saya terdiam cukup lama antara sadar dan remang-remang menatap. Kata-katanya memang biasa tapi penuh makna. Selalu bersahabat, sapaannya terasa begitu dekat padahal kami sudah jarang bertemu dan bertegur sapa hampir setengah tahun lamanya. Tiba-tiba ia menyapa kembali memberi motivasi yang sangat berarti.


Saya masih teringat jelas saat kami pernah membicarakan tentang mimpi dan harapan kami tahun-tahun kedepan. Ya, impian yang ingin sekali saya wujudkan bersama mereka “Penjaga Ayat-Ayat CintaNya”. Entah sejak kapan saya ingin sekali merasakan menjadi bagian dari orang-orang yang Allah pilihkan untuk menjaga ayat-ayat cintaNya. Yang pasti saya selalu merindukan saat-saat itu tiba.



“Cinta…”katanya. Sudah sebulan ini aku di Jogja, rasanya kangen denganmu lama tak bersua. Aku di Jogja menggapai mimpi yang dulu sempat tertunda. Kau masih ingat itu, cinta? Mimpi kita bersama…”.

“Menggapai mimpi di Jogja? Melanjutkan studi S2 kah? Tanya saya
“Bukan. Berada di taman penjaga ayat-ayat cintaNya. Mondok disana.”
“Hah?! Trus kerja dan kuliah S2 nya bagaimana? Tanya saya semakin penasaran
“Ya, begitu deh adanya. Tak apa. Cinta ada yang membuatku selalu cemburu padamu. Kau tau apa? Karena dalam banyak hal dirimu selalu lebih baik dariku. Maka, ingin kutanya sudah berapa juz hafalanmu yang bertambah? Ungkapnya

Lagi-lagi terdiam tanpa kata. Merenungi waktu yang sudah terlewati. Ya Allah kenapa lambat sekali perkembangannya, sedang diluar sana mereka pun berlomba-lomba dalam menjagaNya.

“Belum banyak dan tidak cukup baik perkembangannya.”
“Alhamdulillah masih Allah jaga semangatnya. Sama juga aku hanya setoran saja. Kadang malah tidak setoran karena banyakan muroja’ahnya untuk hafalannya jadi ndak nambah-nambah”



Saya masih penasaran dengan keputusannya fokus menjadi bagian penjaga ayat-ayat cintaNya. Yang saya tahu posisi karier di kantornya cukup baik bahkan ia sedang menempuh master di Universitas bergengsi. Lantas kenapa ia tinggalkan semua itu begitu saja? Apakah hanya sekedar menggapai mimpi yang tertunda, mimpi menjadi para penghafal qur’an semua hal yang ia telah raih selama ini hilang begitu saja? Aahhh! Rasanya mustahil ada muslimah yang ikhlas mengambil pilihan seperti itu.



Ia melanjutkan pembicaraan. Di sini ada target yang harus dicapai, kami dikasih waktu 2-3 hari untuk menambah hafalan minimal 1 Juz. Awalnya bisa tapi lama-lama keteteran juga. Kualahan. Alhamdulillah ada keringanan dari ustadzah kami dikasih waktu satu pekan per juz. Benar saja katamu cinta… tidak pernah kurasakan kenikmatan melebihi kenikmatan menghafal qur’an.


Berkali-kali saya berucap syukur atas kenikmatan yang Allah berikan dengan dipertemukannya saudari yang sholih yang selalu mengingatkan dalam kebaikan, memberi motivasi, saling menguatkan dalam ketaatan. Begitu juga ketika jalan takdir membawa saya tentu atas izin Allah disatukan kembali bersama mereka “para penjaga ayat-ayat cintaNya” itu adalah karunia nikmat yang mahalnya tiada terkira.



Kenikmatan tatkala ruh dalam jasad ini semakin hidup karena Alqur’an. Lafaz-lafaz dasyat itulah yang mampu melampaui amukan gelombang tsunami, lafaz dasyat itulah yang kelembutannya melebihi jiwa yang senantiasa bertaut dengan akhirat. Mengkajinya lebih segar dan lebih lezat dibandingkan semangkuk es buah segar bagi orang yang sangat kehausan, bahkan lebih lembut dari angin yang bertiup sepoi-sepoi. Ia adalah cahaya yang bersinar di jalan kehidupan orang-orang mukmin agar mereka sampai pada hamparan ketenangan.



Dulu saya tak yakin dengan mimpi yang ingin saya wujudkan bersamanya. Tapi kini saya semakin mantap meneruskannya. Walau banyak yang bilang menghafal alqur’an itu susah dan berat. Ya, memang betul terutama berat dan susah untuk istiqomah menjaganya. Apalagi bagi mereka yang belum pernah menghafalnya kemudian nekat menghafal tanpa terlebih dahulu melihat kemampuan bacaan alqurannya. Meski mereka memiliki semangat dan motivasi yang tinggi. Semua itu benar. Itupun yang saya rasakan di awal-awal kenekatan saya memilih meraih mimpi-mimpi ini bersamanya walau ditempat yang berbeda.

Di sudut-sudut masjid sehamparan mata memandang mereka para huffaz melantunkan hafalannya dengan nada dan irama yang begitu indah nan mempesona. Disetiap tiang-tiang masjid bahkan selalu saja ada hafizh yang sedang mengulang hafalannya. Tidak siang dan malam. Ada diantara mereka da yang sedang muroja’ah hafalannya mereka mencari tempat yang agak sepi dan jauh dari keramaian oranglain atau jama’ah lainnya. Demi merasakan kenikmatan dan berkonsentrasi membaca dan menghafal qur’an. Ada cinta disana… ada rasa yang lain dari biasanya… ditengah hiruk-pikuk kesibukkan duniawi terlebih kesibukan dan padatnya aktivitas anak Jakarta. Kini masjid itu jadi saksi keseriusan dan tekad mereka yang tengah merengkuk menjadi para penghafal ayat-ayat cintaNya.



Hari demi hari silih berganti. Waktupun mengiringi setiap detik. Tak terasa sebulan lebih sudah halaman demi halaman semakin bertambah. Walau ada saja hambatan dan ujian yang menghadang tidak menjadi penghalang yang berarti bagi mereka yang sudah mantap dan menancap kuat dalam hatinya. Siapa sangka bila kemudian justru itu bagian dari skenario kemudahan yang Allah karuniakan jika pada akhirnya segala kesulitan, kegagalan, hambatan akan menjadi bumbu-bumbu indah cerita para penjaga ayat-ayat cintaNya. Ia bisa menempuhnya di tengah kepadatan jadwalnya




Satu atap dengan para huffaz adalah karunia dan rizki yang tak terhingga. Membuat hati semakin rindu berjumpa pada malam-malam yang syahdu untuk sekedar melantunkan ayat-ayat cintaNya. Semoga kita pun menjadi bagian dari mereka PARA PENJAGA AYAT-AYAT CINTANYA…




Jatipadang, 1 Mei 2011
Markaz Pribadi
Saya masih ingat betul pertemuan pertama dengannya disebuah literasi pena berkumpulnya para sahabat pena. Persaudaraan kami berlanjut, bahkan bukan sekedar pertemanan lebih dari itu persaudaraan yang berubah kasih sayang dan kedekatan. Saya sudah menganggapnya seperti mba, karena memang saya tidak punya mba “kakak” sekandung. Kalau kakak tak sekandung banyak.


Jakarta, tepatnya Jatipadang city saat ia menyapa seluruh tubuh masih dibalut selimut tebal meringsut di kamar. Pagi ini terasa dingin sekali setelah semalaman suntuk mengerjakan tugas-tugas yang belum rampung. Mata terasa kantuk berat.


“Pagi cinta, bagaimana kabar imanmu hari ini? Sehatkah ia? Bagaimana kabar hafalanmu hari ini? Bertambahkah ia?


Glek! Saya terdiam cukup lama antara sadar dan remang-remang menatap. Kata-katanya memang biasa tapi penuh makna. Selalu bersahabat, sapaannya terasa begitu dekat padahal kami sudah jarang bertemu dan bertegur sapa hampir setengah tahun lamanya. Tiba-tiba ia menyapa kembali memberi motivasi yang sangat berarti.


Saya masih teringat jelas saat kami pernah membicarakan tentang mimpi dan harapan kami tahun-tahun kedepan. Ya, impian yang ingin sekali saya wujudkan bersama mereka “Penjaga Ayat-Ayat CintaNya”. Entah sejak kapan saya ingin sekali merasakan menjadi bagian dari orang-orang yang Allah pilihkan untuk menjaga ayat-ayat cintaNya. Yang pasti saya selalu merindukan saat-saat itu tiba.



“Cinta…”katanya. Sudah sebulan ini aku di Jogja, rasanya kangen denganmu lama tak bersua. Aku di Jogja menggapai mimpi yang dulu sempat tertunda. Kau masih ingat itu, cinta? Mimpi kita bersama…”.

“Menggapai mimpi di Jogja? Melanjutkan studi S2 kah? Tanya saya
“Bukan. Berada di taman penjaga ayat-ayat cintaNya. Mondok disana.”
“Hah?! Trus kerja dan kuliah S2 nya bagaimana? Tanya saya semakin penasaran
“Ya, begitu deh adanya. Tak apa. Cinta ada yang membuatku selalu cemburu padamu. Kau tau apa? Karena dalam banyak hal dirimu selalu lebih baik dariku. Maka, ingin kutanya sudah berapa juz hafalanmu yang bertambah? Ungkapnya

Lagi-lagi terdiam tanpa kata. Merenungi waktu yang sudah terlewati. Ya Allah kenapa lambat sekali perkembangannya, sedang diluar sana mereka pun berlomba-lomba dalam menjagaNya.

“Belum banyak dan tidak cukup baik perkembangannya.”
“Alhamdulillah masih Allah jaga semangatnya. Sama juga aku hanya setoran saja. Kadang malah tidak setoran karena banyakan muroja’ahnya untuk hafalannya jadi ndak nambah-nambah”



Saya masih penasaran dengan keputusannya fokus menjadi bagian penjaga ayat-ayat cintaNya. Yang saya tahu posisi karier di kantornya cukup baik bahkan ia sedang menempuh master di Universitas bergengsi. Lantas kenapa ia tinggalkan semua itu begitu saja? Apakah hanya sekedar menggapai mimpi yang tertunda, mimpi menjadi para penghafal qur’an semua hal yang ia telah raih selama ini hilang begitu saja? Aahhh! Rasanya mustahil ada muslimah yang ikhlas mengambil pilihan seperti itu.



Ia melanjutkan pembicaraan. Di sini ada target yang harus dicapai, kami dikasih waktu 2-3 hari untuk menambah hafalan minimal 1 Juz. Awalnya bisa tapi lama-lama keteteran juga. Kualahan. Alhamdulillah ada keringanan dari ustadzah kami dikasih waktu satu pekan per juz. Benar saja katamu cinta… tidak pernah kurasakan kenikmatan melebihi kenikmatan menghafal qur’an.


Berkali-kali saya berucap syukur atas kenikmatan yang Allah berikan dengan dipertemukannya saudari yang sholih yang selalu mengingatkan dalam kebaikan, memberi motivasi, saling menguatkan dalam ketaatan. Begitu juga ketika jalan takdir membawa saya tentu atas izin Allah disatukan kembali bersama mereka “para penjaga ayat-ayat cintaNya” itu adalah karunia nikmat yang mahalnya tiada terkira.



Kenikmatan tatkala ruh dalam jasad ini semakin hidup karena Alqur’an. Lafaz-lafaz dasyat itulah yang mampu melampaui amukan gelombang tsunami, lafaz dasyat itulah yang kelembutannya melebihi jiwa yang senantiasa bertaut dengan akhirat. Mengkajinya lebih segar dan lebih lezat dibandingkan semangkuk es buah segar bagi orang yang sangat kehausan, bahkan lebih lembut dari angin yang bertiup sepoi-sepoi. Ia adalah cahaya yang bersinar di jalan kehidupan orang-orang mukmin agar mereka sampai pada hamparan ketenangan.



Dulu saya tak yakin dengan mimpi yang ingin saya wujudkan bersamanya. Tapi kini saya semakin mantap meneruskannya. Walau banyak yang bilang menghafal alqur’an itu susah dan berat. Ya, memang betul terutama berat dan susah untuk istiqomah menjaganya. Apalagi bagi mereka yang belum pernah menghafalnya kemudian nekat menghafal tanpa terlebih dahulu melihat kemampuan bacaan alqurannya. Meski mereka memiliki semangat dan motivasi yang tinggi. Semua itu benar. Itupun yang saya rasakan di awal-awal kenekatan saya memilih meraih mimpi-mimpi ini bersamanya walau ditempat yang berbeda.

Di sudut-sudut masjid sehamparan mata memandang mereka para huffaz melantunkan hafalannya dengan nada dan irama yang begitu indah nan mempesona. Disetiap tiang-tiang masjid bahkan selalu saja ada hafizh yang sedang mengulang hafalannya. Tidak siang dan malam. Ada diantara mereka da yang sedang muroja’ah hafalannya mereka mencari tempat yang agak sepi dan jauh dari keramaian oranglain atau jama’ah lainnya. Demi merasakan kenikmatan dan berkonsentrasi membaca dan menghafal qur’an. Ada cinta disana… ada rasa yang lain dari biasanya… ditengah hiruk-pikuk kesibukkan duniawi terlebih kesibukan dan padatnya aktivitas anak Jakarta. Kini masjid itu jadi saksi keseriusan dan tekad mereka yang tengah merengkuk menjadi para penghafal ayat-ayat cintaNya.



Hari demi hari silih berganti. Waktupun mengiringi setiap detik. Tak terasa sebulan lebih sudah halaman demi halaman semakin bertambah. Walau ada saja hambatan dan ujian yang menghadang tidak menjadi penghalang yang berarti bagi mereka yang sudah mantap dan menancap kuat dalam hatinya. Siapa sangka bila kemudian justru itu bagian dari skenario kemudahan yang Allah karuniakan jika pada akhirnya segala kesulitan, kegagalan, hambatan akan menjadi bumbu-bumbu indah cerita para penjaga ayat-ayat cintaNya. Ia bisa menempuhnya di tengah kepadatan jadwalnya




Satu atap dengan para huffaz adalah karunia dan rizki yang tak terhingga. Membuat hati semakin rindu berjumpa pada malam-malam yang syahdu untuk sekedar melantunkan ayat-ayat cintaNya. Semoga kita pun menjadi bagian dari mereka PARA PENJAGA AYAT-AYAT CINTANYA…




Jatipadang, 1 Mei 2011
Markaz Pribadi

Followers

Republika Online

dakwatuna.com

 
Catatan Bunda Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template