terpublish disini : http://www.dakwatuna.com/2011/09/12108/tegarlah-agar-kau-dicintainya/
Bismillahirrahmanirrahiim,,
Bagi para akhwat, menjalani kehidupan
sebagai istri dan ibu adalah berarti menjalankan sebuah peran besar
dengan segala tuntutannya. Ketika ia memutuskan untuk menikah, saat
itu pula segala kesenangan serta kesusahan ditanggung bersama.
Masa-masa indah di awal pernikahan mungkin belum mendatangkan berbagai
cobaan yang sebenarnya akan menguatkan ikatan cinta dan keimanan
mereka.
Namun, adapula mereka yang sejak awal
harus melewati sekian rintangan demi mengukuhkan tekad menggenapkan
setengah dien.Tak sedikit saya mendapati cerita-cerita seputar
suka-duka berumahtangga. Bagi sebagian yang lain mungkin cerita
seputar lika-liku rumah tangga bisa jadi mengakibatkan ketakutan bagi
mereka yang belum menikah. Takut akan mengalami kesulitan yang di
alami oleh fulanah, khawatir tak akan sanggup menghadapi cobaan
seperti yang dihadapi fulanah yang lain.
Dan, akhirnya berhari-hari mengukur diri, kapankah saat yang tepat menyatakan diri SIAP untuk MENIKAH? selanjutkan mereka-reka kesanggupan bila harus mengalami peristiwa ini-itu yang dialami oleh mereka yang telah bercerita banyak.
Dan, akhirnya berhari-hari mengukur diri, kapankah saat yang tepat menyatakan diri SIAP untuk MENIKAH? selanjutkan mereka-reka kesanggupan bila harus mengalami peristiwa ini-itu yang dialami oleh mereka yang telah bercerita banyak.
Hampir setiap saat ummi selalu membawa
cerita hikmah dari setiap aktivitasnya. Tentu saja cerita hikmah yang
disampaikan seputar biduk rumahtangga. Kadang saya berpikir kenapa
harus di sampaikan pada saya cerita itu? Ternyata memang harus
disampaikan agar saya dan untuk anak-anaknya yang belum menikah
mengambil hikmah lewat cerita tersebut. Itupula yang disampaikan ummi
pada saya.
Malam itu, sambil mempersiapkan bahan
untuk materi yang akan ummi ajarkan esok hari pada anak didiknya. saya
pun masih sibuk membuat tulisan yang akan di persiapkan untuk
aktivitas esok. Mulailah ummi mengawali ceritanya.
Teman ummi, Sebut saja namanya Ika
seorang akhwat muda yang berani mengambil keputusan menggenapkan dien
di tahun pertama kuliahnya. Memiliki suami yang juga masih kuliah.
Kalau dipikir-pikir berapa penghasilan yang dihasilkan dari seorang
mahasiswa? Mungkin memang tak cukup untuk memenuhi segala kebutuhan
mereka berdua. Padahal kebutuhan sehari-hari harus dipenuhi. Adakalanya
seorang istri harus menghadapi kenyataan sulitnya mengatasi masalah
keuangan keluarga. Disatu sisi ada kebutuhan mereka berdua yang harus
dipenuhi, di sisi lain suami pun masih punya kewajiban menafkahi orang
tua dan saudara kandung yang masih harus ditanggung.
“Kalau kamu menghadapi kondisi seperti itu bagaimana? Tanya ummi.
Saya kemudian terdiam sejenak sambil berhenti menulis. Belum sampai saya mengeluarkan kata-kata sedikitpun, ummi lantas melanjutkan pembicaraannya.
“Sebenarnya setiap perjalanan hidup
berumah-tangga pastilah terdapat banyak hal yang sebenarnya akan
menguji setiap jenak kesadaran kita untuk memperjuangkan ikatan suci
ini, baik itu berupa kesenangan dan kemudahan yang Allah berikan.
Misalnya suami harus lebih “ekstra”
mencari nafkah, sedangkan istri harus lebih “ekstra” mengatur keuangan
rumahtangga. Jadi menteri keuangan yang diamanahi oleh suami memang
tak mudah. mulailah dari situ Ika berpikir keras bagaimana bisa uang
yang ada bisa memenuhi kebutuhannya. Ya, paling tidak cukup makan,
cukup untuk bayar kontrakan, cukup untuk biaya kuliah suami, cukup
yang lainnya. Ada tuntutan tersendiri ketika ia harus terburu-buru
pulang dari kampus untuk sampai kerumah karena belum masak yang harus
terhidangkan untuk suaminya, pekerjaan rumah belum selesai, belum lagi
kewajiban sebagai guru “Les” yang juga harus ia tunaikan. Untung Ika
memiliki suami yang sangat sayang padanya, paham dengannya. Hingga
urusan pekerjaan rumah, masak, mencuci suami ikut membantunya.
Bagaimana pun, dalam keadaan apapun,
sepelik apapun ujian itu, senyum manis serta kasih sayang itu haruslah
selalu tercurahkan untuk mereka yang di cintai : Suami misalnya.
Disadari ataupun tidak Istri dan Ibu merupakan sumber kekuatan cinta
yang akan menambah energi bagi mereka. Memang tidaklah bisa memaksakan
akhwat menjadi superwoman dan menjalani segala sesuatunya dengan
sempurna.
Seperti Khodijah yang setia mendampingi
Rosulullah tercinta saat kapan pun, saat suka maupun duka. Ialah yang
pertama kali memberikan rengkuhan kekuatan baginya kala dibutuhkan.
Ialah sokongan bagi setiap celah jihad suami. Ialah yang pantas untuk
paling dicintai, dan namanya pun terukir mengalahkan bidadari. ” Ucap
Ummi.
Terdiam cukup lama, berusaha meresapi
dan memaknai dari setiap ucapan ummi. Ingin berkomentar sesuatu, tapi
saya urungkan. Lagi..dan lagi…selalu ada pelajaran berharga dari
setiap cerita “hikmah” yang ummi sampaikan pada saya. Sepertinya tak
perlu jauh-jauh dan repot-repot membeli buku serta mencari teori
tentang hal ini.
Rupanya hikmah itu kalau mau kita
sadari sangat dekat dengan keseharian kita. Pertanyaannya sudahkah
kita enggeh kalau ternyata hikmah itu banyak bertebaran di sekeliling
kita? Hingga menjadikan racikan bumbu kehidupan itu bertambah sedap
rasanya.
Semoga Allah karuniakan kepada kita
keluarga yang selalu melakukan dan mempersembahkan yang terbaik bagi
dirinya, keluarga, serta Rabb-nya.
Yang dapat bangkit kembali, setelah lelah-letihnya, yang tak menghentikan ikhtiar dan do’a dan meyakini bahwa Allah akan menetapkan sesuatu yang terbaik bagi Hamba-hambaNya sepelik apapun ujian hidupnya.
Yang dapat bangkit kembali, setelah lelah-letihnya, yang tak menghentikan ikhtiar dan do’a dan meyakini bahwa Allah akan menetapkan sesuatu yang terbaik bagi Hamba-hambaNya sepelik apapun ujian hidupnya.
Terima Kasih Ummi…..melalui dirimu ada sesuatu yang bisa kupelajari….
Melalui ceritamu…..ada sesuatu yang harus kupahami……
Ternyata menjadi Isteri, Ibu memang tak mudah Ia harus tetap tegar, disaat semangatnya tetap di butuhkan.
Melalui ceritamu…..ada sesuatu yang harus kupahami……
Ternyata menjadi Isteri, Ibu memang tak mudah Ia harus tetap tegar, disaat semangatnya tetap di butuhkan.
Markaz Pribadi, Jatipadang
Mei 2011
Ditujukan untuk kalian yang sedang mempersiapkan diri untuk menjadi Isteri dan Ibu, semoga bermanfaat…
terpublish disini : http://www.dakwatuna.com/2011/09/12108/tegarlah-agar-kau-dicintainya/
Bismillahirrahmanirrahiim,,
Bagi para akhwat, menjalani kehidupan
sebagai istri dan ibu adalah berarti menjalankan sebuah peran besar
dengan segala tuntutannya. Ketika ia memutuskan untuk menikah, saat
itu pula segala kesenangan serta kesusahan ditanggung bersama.
Masa-masa indah di awal pernikahan mungkin belum mendatangkan berbagai
cobaan yang sebenarnya akan menguatkan ikatan cinta dan keimanan
mereka.
Namun, adapula mereka yang sejak awal
harus melewati sekian rintangan demi mengukuhkan tekad menggenapkan
setengah dien.Tak sedikit saya mendapati cerita-cerita seputar
suka-duka berumahtangga. Bagi sebagian yang lain mungkin cerita
seputar lika-liku rumah tangga bisa jadi mengakibatkan ketakutan bagi
mereka yang belum menikah. Takut akan mengalami kesulitan yang di
alami oleh fulanah, khawatir tak akan sanggup menghadapi cobaan
seperti yang dihadapi fulanah yang lain.
Dan, akhirnya berhari-hari mengukur diri, kapankah saat yang tepat menyatakan diri SIAP untuk MENIKAH? selanjutkan mereka-reka kesanggupan bila harus mengalami peristiwa ini-itu yang dialami oleh mereka yang telah bercerita banyak.
Dan, akhirnya berhari-hari mengukur diri, kapankah saat yang tepat menyatakan diri SIAP untuk MENIKAH? selanjutkan mereka-reka kesanggupan bila harus mengalami peristiwa ini-itu yang dialami oleh mereka yang telah bercerita banyak.
Hampir setiap saat ummi selalu membawa
cerita hikmah dari setiap aktivitasnya. Tentu saja cerita hikmah yang
disampaikan seputar biduk rumahtangga. Kadang saya berpikir kenapa
harus di sampaikan pada saya cerita itu? Ternyata memang harus
disampaikan agar saya dan untuk anak-anaknya yang belum menikah
mengambil hikmah lewat cerita tersebut. Itupula yang disampaikan ummi
pada saya.
Malam itu, sambil mempersiapkan bahan
untuk materi yang akan ummi ajarkan esok hari pada anak didiknya. saya
pun masih sibuk membuat tulisan yang akan di persiapkan untuk
aktivitas esok. Mulailah ummi mengawali ceritanya.
Teman ummi, Sebut saja namanya Ika
seorang akhwat muda yang berani mengambil keputusan menggenapkan dien
di tahun pertama kuliahnya. Memiliki suami yang juga masih kuliah.
Kalau dipikir-pikir berapa penghasilan yang dihasilkan dari seorang
mahasiswa? Mungkin memang tak cukup untuk memenuhi segala kebutuhan
mereka berdua. Padahal kebutuhan sehari-hari harus dipenuhi. Adakalanya
seorang istri harus menghadapi kenyataan sulitnya mengatasi masalah
keuangan keluarga. Disatu sisi ada kebutuhan mereka berdua yang harus
dipenuhi, di sisi lain suami pun masih punya kewajiban menafkahi orang
tua dan saudara kandung yang masih harus ditanggung.
“Kalau kamu menghadapi kondisi seperti itu bagaimana? Tanya ummi.
Saya kemudian terdiam sejenak sambil berhenti menulis. Belum sampai saya mengeluarkan kata-kata sedikitpun, ummi lantas melanjutkan pembicaraannya.
“Sebenarnya setiap perjalanan hidup
berumah-tangga pastilah terdapat banyak hal yang sebenarnya akan
menguji setiap jenak kesadaran kita untuk memperjuangkan ikatan suci
ini, baik itu berupa kesenangan dan kemudahan yang Allah berikan.
Misalnya suami harus lebih “ekstra”
mencari nafkah, sedangkan istri harus lebih “ekstra” mengatur keuangan
rumahtangga. Jadi menteri keuangan yang diamanahi oleh suami memang
tak mudah. mulailah dari situ Ika berpikir keras bagaimana bisa uang
yang ada bisa memenuhi kebutuhannya. Ya, paling tidak cukup makan,
cukup untuk bayar kontrakan, cukup untuk biaya kuliah suami, cukup
yang lainnya. Ada tuntutan tersendiri ketika ia harus terburu-buru
pulang dari kampus untuk sampai kerumah karena belum masak yang harus
terhidangkan untuk suaminya, pekerjaan rumah belum selesai, belum lagi
kewajiban sebagai guru “Les” yang juga harus ia tunaikan. Untung Ika
memiliki suami yang sangat sayang padanya, paham dengannya. Hingga
urusan pekerjaan rumah, masak, mencuci suami ikut membantunya.
Bagaimana pun, dalam keadaan apapun,
sepelik apapun ujian itu, senyum manis serta kasih sayang itu haruslah
selalu tercurahkan untuk mereka yang di cintai : Suami misalnya.
Disadari ataupun tidak Istri dan Ibu merupakan sumber kekuatan cinta
yang akan menambah energi bagi mereka. Memang tidaklah bisa memaksakan
akhwat menjadi superwoman dan menjalani segala sesuatunya dengan
sempurna.
Seperti Khodijah yang setia mendampingi
Rosulullah tercinta saat kapan pun, saat suka maupun duka. Ialah yang
pertama kali memberikan rengkuhan kekuatan baginya kala dibutuhkan.
Ialah sokongan bagi setiap celah jihad suami. Ialah yang pantas untuk
paling dicintai, dan namanya pun terukir mengalahkan bidadari. ” Ucap
Ummi.
Terdiam cukup lama, berusaha meresapi
dan memaknai dari setiap ucapan ummi. Ingin berkomentar sesuatu, tapi
saya urungkan. Lagi..dan lagi…selalu ada pelajaran berharga dari
setiap cerita “hikmah” yang ummi sampaikan pada saya. Sepertinya tak
perlu jauh-jauh dan repot-repot membeli buku serta mencari teori
tentang hal ini.
Rupanya hikmah itu kalau mau kita
sadari sangat dekat dengan keseharian kita. Pertanyaannya sudahkah
kita enggeh kalau ternyata hikmah itu banyak bertebaran di sekeliling
kita? Hingga menjadikan racikan bumbu kehidupan itu bertambah sedap
rasanya.
Semoga Allah karuniakan kepada kita
keluarga yang selalu melakukan dan mempersembahkan yang terbaik bagi
dirinya, keluarga, serta Rabb-nya.
Yang dapat bangkit kembali, setelah lelah-letihnya, yang tak menghentikan ikhtiar dan do’a dan meyakini bahwa Allah akan menetapkan sesuatu yang terbaik bagi Hamba-hambaNya sepelik apapun ujian hidupnya.
Yang dapat bangkit kembali, setelah lelah-letihnya, yang tak menghentikan ikhtiar dan do’a dan meyakini bahwa Allah akan menetapkan sesuatu yang terbaik bagi Hamba-hambaNya sepelik apapun ujian hidupnya.
Terima Kasih Ummi…..melalui dirimu ada sesuatu yang bisa kupelajari….
Melalui ceritamu…..ada sesuatu yang harus kupahami……
Ternyata menjadi Isteri, Ibu memang tak mudah Ia harus tetap tegar, disaat semangatnya tetap di butuhkan.
Melalui ceritamu…..ada sesuatu yang harus kupahami……
Ternyata menjadi Isteri, Ibu memang tak mudah Ia harus tetap tegar, disaat semangatnya tetap di butuhkan.
Markaz Pribadi, Jatipadang
Mei 2011
Ditujukan untuk kalian yang sedang mempersiapkan diri untuk menjadi Isteri dan Ibu, semoga bermanfaat…