Senin, 02 Mei 2011

Penjaga Ayat-Ayat CintaNya

Saya masih ingat betul pertemuan pertama dengannya disebuah literasi pena berkumpulnya para sahabat pena. Persaudaraan kami berlanjut, bahkan bukan sekedar pertemanan lebih dari itu persaudaraan yang berubah kasih sayang dan kedekatan. Saya sudah menganggapnya seperti mba, karena memang saya tidak punya mba “kakak” sekandung. Kalau kakak tak sekandung banyak.


Jakarta, tepatnya Jatipadang city saat ia menyapa seluruh tubuh masih dibalut selimut tebal meringsut di kamar. Pagi ini terasa dingin sekali setelah semalaman suntuk mengerjakan tugas-tugas yang belum rampung. Mata terasa kantuk berat.


“Pagi cinta, bagaimana kabar imanmu hari ini? Sehatkah ia? Bagaimana kabar hafalanmu hari ini? Bertambahkah ia?


Glek! Saya terdiam cukup lama antara sadar dan remang-remang menatap. Kata-katanya memang biasa tapi penuh makna. Selalu bersahabat, sapaannya terasa begitu dekat padahal kami sudah jarang bertemu dan bertegur sapa hampir setengah tahun lamanya. Tiba-tiba ia menyapa kembali memberi motivasi yang sangat berarti.


Saya masih teringat jelas saat kami pernah membicarakan tentang mimpi dan harapan kami tahun-tahun kedepan. Ya, impian yang ingin sekali saya wujudkan bersama mereka “Penjaga Ayat-Ayat CintaNya”. Entah sejak kapan saya ingin sekali merasakan menjadi bagian dari orang-orang yang Allah pilihkan untuk menjaga ayat-ayat cintaNya. Yang pasti saya selalu merindukan saat-saat itu tiba.



“Cinta…”katanya. Sudah sebulan ini aku di Jogja, rasanya kangen denganmu lama tak bersua. Aku di Jogja menggapai mimpi yang dulu sempat tertunda. Kau masih ingat itu, cinta? Mimpi kita bersama…”.

“Menggapai mimpi di Jogja? Melanjutkan studi S2 kah? Tanya saya
“Bukan. Berada di taman penjaga ayat-ayat cintaNya. Mondok disana.”
“Hah?! Trus kerja dan kuliah S2 nya bagaimana? Tanya saya semakin penasaran
“Ya, begitu deh adanya. Tak apa. Cinta ada yang membuatku selalu cemburu padamu. Kau tau apa? Karena dalam banyak hal dirimu selalu lebih baik dariku. Maka, ingin kutanya sudah berapa juz hafalanmu yang bertambah? Ungkapnya

Lagi-lagi terdiam tanpa kata. Merenungi waktu yang sudah terlewati. Ya Allah kenapa lambat sekali perkembangannya, sedang diluar sana mereka pun berlomba-lomba dalam menjagaNya.

“Belum banyak dan tidak cukup baik perkembangannya.”
“Alhamdulillah masih Allah jaga semangatnya. Sama juga aku hanya setoran saja. Kadang malah tidak setoran karena banyakan muroja’ahnya untuk hafalannya jadi ndak nambah-nambah”



Saya masih penasaran dengan keputusannya fokus menjadi bagian penjaga ayat-ayat cintaNya. Yang saya tahu posisi karier di kantornya cukup baik bahkan ia sedang menempuh master di Universitas bergengsi. Lantas kenapa ia tinggalkan semua itu begitu saja? Apakah hanya sekedar menggapai mimpi yang tertunda, mimpi menjadi para penghafal qur’an semua hal yang ia telah raih selama ini hilang begitu saja? Aahhh! Rasanya mustahil ada muslimah yang ikhlas mengambil pilihan seperti itu.



Ia melanjutkan pembicaraan. Di sini ada target yang harus dicapai, kami dikasih waktu 2-3 hari untuk menambah hafalan minimal 1 Juz. Awalnya bisa tapi lama-lama keteteran juga. Kualahan. Alhamdulillah ada keringanan dari ustadzah kami dikasih waktu satu pekan per juz. Benar saja katamu cinta… tidak pernah kurasakan kenikmatan melebihi kenikmatan menghafal qur’an.


Berkali-kali saya berucap syukur atas kenikmatan yang Allah berikan dengan dipertemukannya saudari yang sholih yang selalu mengingatkan dalam kebaikan, memberi motivasi, saling menguatkan dalam ketaatan. Begitu juga ketika jalan takdir membawa saya tentu atas izin Allah disatukan kembali bersama mereka “para penjaga ayat-ayat cintaNya” itu adalah karunia nikmat yang mahalnya tiada terkira.



Kenikmatan tatkala ruh dalam jasad ini semakin hidup karena Alqur’an. Lafaz-lafaz dasyat itulah yang mampu melampaui amukan gelombang tsunami, lafaz dasyat itulah yang kelembutannya melebihi jiwa yang senantiasa bertaut dengan akhirat. Mengkajinya lebih segar dan lebih lezat dibandingkan semangkuk es buah segar bagi orang yang sangat kehausan, bahkan lebih lembut dari angin yang bertiup sepoi-sepoi. Ia adalah cahaya yang bersinar di jalan kehidupan orang-orang mukmin agar mereka sampai pada hamparan ketenangan.



Dulu saya tak yakin dengan mimpi yang ingin saya wujudkan bersamanya. Tapi kini saya semakin mantap meneruskannya. Walau banyak yang bilang menghafal alqur’an itu susah dan berat. Ya, memang betul terutama berat dan susah untuk istiqomah menjaganya. Apalagi bagi mereka yang belum pernah menghafalnya kemudian nekat menghafal tanpa terlebih dahulu melihat kemampuan bacaan alqurannya. Meski mereka memiliki semangat dan motivasi yang tinggi. Semua itu benar. Itupun yang saya rasakan di awal-awal kenekatan saya memilih meraih mimpi-mimpi ini bersamanya walau ditempat yang berbeda.

Di sudut-sudut masjid sehamparan mata memandang mereka para huffaz melantunkan hafalannya dengan nada dan irama yang begitu indah nan mempesona. Disetiap tiang-tiang masjid bahkan selalu saja ada hafizh yang sedang mengulang hafalannya. Tidak siang dan malam. Ada diantara mereka da yang sedang muroja’ah hafalannya mereka mencari tempat yang agak sepi dan jauh dari keramaian oranglain atau jama’ah lainnya. Demi merasakan kenikmatan dan berkonsentrasi membaca dan menghafal qur’an. Ada cinta disana… ada rasa yang lain dari biasanya… ditengah hiruk-pikuk kesibukkan duniawi terlebih kesibukan dan padatnya aktivitas anak Jakarta. Kini masjid itu jadi saksi keseriusan dan tekad mereka yang tengah merengkuk menjadi para penghafal ayat-ayat cintaNya.



Hari demi hari silih berganti. Waktupun mengiringi setiap detik. Tak terasa sebulan lebih sudah halaman demi halaman semakin bertambah. Walau ada saja hambatan dan ujian yang menghadang tidak menjadi penghalang yang berarti bagi mereka yang sudah mantap dan menancap kuat dalam hatinya. Siapa sangka bila kemudian justru itu bagian dari skenario kemudahan yang Allah karuniakan jika pada akhirnya segala kesulitan, kegagalan, hambatan akan menjadi bumbu-bumbu indah cerita para penjaga ayat-ayat cintaNya. Ia bisa menempuhnya di tengah kepadatan jadwalnya




Satu atap dengan para huffaz adalah karunia dan rizki yang tak terhingga. Membuat hati semakin rindu berjumpa pada malam-malam yang syahdu untuk sekedar melantunkan ayat-ayat cintaNya. Semoga kita pun menjadi bagian dari mereka PARA PENJAGA AYAT-AYAT CINTANYA…




Jatipadang, 1 Mei 2011
Markaz Pribadi

1 komentar:

Followers

Republika Online

dakwatuna.com

 
Catatan Bunda Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template