Selasa, 23 Februari 2016

Cinta, Rindu dan Cemburu



Cinta itu...
Ujian hidup
bagaimana kamu bisa bersabar dalam rindu
dan bersyukur oleh cemburu



Siang itu di ruang makan saya acuhkan dirinya saya tinggalkan ruang makan dengan kondisi sangat tidak berselera. Saya acuhkan dia yang masih sibuk menerima panggilan telepon dari teman kantor. Sabtu pekan ini hari libur jadwal dia off (libur kerja) bukankah seharusnya adalah waktu dia dan keluarganya? Tidak bisakah teman kantornya itu memahami tidak hanya kerjaan yang menjadi “urusannya” ada keluarga; anak dan istrinya?

Perasaan saya sangat cemburu saat itu. salahkan saya yang cemburu pada handphone nya? pada kantor nya? pada rekan kerja nya?

Benar saja.
Cinta itu ujian hidup
Bagaimana kita mampu bersabar dalam rindu
Dan bersyukur oleh cemburu

Cinta inilah yang membuat saya rindu pada waktu-waktu suami bercengkrama dengan saya pun dengan anak-anak, berbincang hangat, berdiskusi, bercanda dan bermanja-manja.

Cinta ini jugalah yang membuat saya menerbangkan rindu hanya berkirim pesan ucap say kangen, cinta inilah yang membuat saya memahami waktu-waktu kesibukan suami dan menahan diri sejenak bahwa saya rindu waktu bersama suami saat dia disibukkan dengan amanah dan pekerjaan kantornya. Ya, rindu perasaan dari cinta kami yang terpupuk tidak bisa digantikan dengan apapun dan hal lainnya kecuali ingin cepat-cepat bertemu, bercerita, berbincang, bercanda daaaaaan bermanja-manja walaupun lebih sering kemanjaan itu juga saya rindukan kemanjaan suami pada istrinya. 

kali ini bagaimana membuat suami mengerti bahwa saya sedang rindu dan cemburu?

Saya diamkan beberapa saat. tidak bertanya apapun sambil pelan-pelan saya menata hati saya memilih menyendiri di kamar. Lepas suami menerima telepon penting dari kantor dia mendekati saya mencoba membuka komunikasi lagi dengan istrinya.

“Kenapa cinta? Marah ya abi terima telepon dari kantor?,” tanyanya lembut

“Iya. Aku cemburu!!,” jawabku tanpa banyak basa-basi

“Maaf ya sudah buat cemburu. Boleh abi peluk?,” ungkapnya merajuk

Dia paling tau betul kalau sudah dipeluk mungkin amarahku bisa mereda tapi kali ini tidak. Entah kenapa saya sedemikian cemburu. Saya katakan pada suami saya butuh waktu dan tidak ingin dipeluk.

“Benar gak mau abi peluk?,” lagi-lagi merajuk
“Iya.”
“Ya udah abi kedepan ya.”
“Silakan.”

Rindu akan waktu saya bercengkrama, berdua, bermesra, bercanda, bermanja dengan suami karena kecemburuan saya seketika berubah dari hangat menjadi dingin. Seisi rumah seperti tidak nyaman berada berdekatan dan inilah yang membuat kita berjarak. Hal ini juga yang disadari oleh suami bahwa kecemburuan istri telah membuatnya berjarak dengan cepat iya kembali lagi ke kamar dan membujuk saya.

“Umi, cinta.. maaf ya. Abi salah sudah buat umi cemburu. Boleh abi tau kenapa umi cemburu?,” tanyanya

Sini kita duduk berdekatan. coba sampaikan kenapa umi cemburu? Sambil ekspresinya buru-buru pengen peluk sang istri tapi tak bisa karena hati saya masih terasa dingin.

Hmmm....sepertinya saya memang perlu komunikasikan perasaan cemburu ini pada suami?,"Ungkap saya membatin


"Aku paham dan berusaha setiap waktu memahami kondisi abi baik sebagai suami dan karyawan. Pun terhadap waktu jam kerja abi dengan tidak banyak bertanya atau merengek kapan abi pulang walaupun aku juga rindu pertemuan dengan suami. Maka, ketika abi sampaikan padaku bahwa hari ini adalah waktu abi libur kerja aku ingin abi benar-benar libur dari segala persoalan di kantor apapun itu. 1 hari saja me time dengan suami juga dengan anak-anak. Bisakah? Kalaupun ada hal-hal darurat terkait kantor bolehkah komunikasi terlebih dahulu dengan istri? Selama 3 pekan tiap sabtu abi selalu masuk. Tentu berbeda jika tadi pagi abi sampaikan abi masuk kerja, tidak akan kutunggu waktu kita bermanja bersama,” ungkap saya menjelaskan padanya


“Oh begitu. tapi, ini darurat mi. abi harus ke kantor karena kunci ruangan lupa dan terbawa sama abi. Jadi abi harus ke kantor memberikan kunci ke rekan kerja.” Jawabnya menjelaskan.


Sampai penjelasannya itu saya tidak berkata lagi. memilih diam. Saya persilakan suami mau melakukan aktivitas apa. Tidak lama setelah kami berkomunikasi telepon suami berdering kembali dari rekan kerjanya mengkonfirmasi bahwa ada kunci cadangan jadi suami tidak perlu ke kantor untuk memberikan kunci.

Dalam hati saya mengucap syukur.

Setelahnya suami benar-benar minta maaf karena waktu me time kami “ada gangguan” saya dibujuk, dirayu dan segala macam usahanya demi untuk melihat sang istri tersenyum sumringah.

Berhasilkah? 
tentu berhasil!

saya pun tidak ingin berlama-lama dalam kecemburuan terlebih kehilangan waktu bersama suami.hehe


Jika cemburu, saya sampaikan pada suami; saya cemburu pada hal ini dan hal itu, begitupun dengannya dia akan cemburu pada saya untuk hal ini dan itu. maka ini yang kemudian menjadi "pakem" kami  sama-sama mengkondisikan diri bahwa saya menghindari ini dan itu karena pasangan saya cemburu pada hal ini dan itu. saya berusaha menjauhi pada hal-hal apa aja yang suami saya tidak suka dan menyebabkan ia cemburu pun sebaliknya :D


Apakah suami menafikkan perasaan cemburunya sang istri? 
"Masa kaya gitu aja cemburu ini kan cuma urusan sepele."
Alhamdulillah tidak demikian.


Bagi saya bukan apa yang menjadikan suami dan istri cemburu tapi pada komunikasi yang baik saat keduanya sedang dirundung cemburu dan ini yang sulit (menurut saya) sebab kita kadang bisa berpikir tidak logis dengan api yang terus membakar kondisi hati karena kecemburuan menjadi-jadi. Apinya memang tidak terlihat tapi panasnya sangat jelas terasa membakar bahkan bisa jadi salah-salah pihak ketiga yang jadi sasaran kecemburuan suami/istri entah barangkah dan parahnya jika pihak ketiga itu adalah orang! Duh kasian! karena cemburunya kita pada suami/istri yang tidak bisa terkontrol membuat kita kurang kendali, menduga-duga, berprasangka, menuduh dan hal-hal lainnya. 

"Ya Rabbi jaga hati kami tetap mengingatMu dan bersamaMu dalam segala cuaca hati."



Sulitkah menyampaikan pada pasangan. Maaf saya cemburu pada hal ini dan itu yang kamu lakukan? selanjutnya komunikasikan dengan baik. 



Ketika Cemburu Menyapa Hati


Salahkah aku yang cemburu?


saya teringat dari kisah Aisyah istri yang paling dicintai Rasulullah setelah khodijah. Siapa bilang istri Rasulullah tidak pernah cemburu? Lagi-lagi ini bukan alibi saya padanya bahwa saya layak cemburu dan kamu harus tau cemburunya saya. hohoo... tentu tidak demikian ^_^


Bagaimana kisahnya?

Suatu malam Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam secara diam diam keluar dari rumah Aisyah. Maka sikap Rasulullah ini menjadikan Aisyah sedemikian merasa cemburu. Sekembalinya beliau dari luar rumah, Rasulullah memahami sikap Aisyah yang sedang hanyut dalam rasa cemburu. Segera beliau bertanya kepada Aisyah: apakah engkau sedang ditimpa rasa cemburu?
Mendapat pertanyaan seperti ini, Aisyah menjawab:
Mana mungkin wanita seperti aku tidak terus ditimpa rasa cemburu karena memiliki suami seperti engkau (suami idaman setiap wanita)? Riwayat Muslim 
Saking cemburunya Aisyah, Rasulullah hanya tersenyum seraya berkata “Apakah engkau masih meragukanku wahai Ummu Abdillah?” sampai-sampai sang ayah Abu Bakar r.a mendengar perkataan Aisyah dan kesal, lalu dia mendatangi Aisyah dan hendak menamparnya.
Cinta itu membutuhkan jiwa besar dan lapang dada karena ternyata istriku/suamiku sering dirundung cemburu. Berumahtangga itu…belajarnya setiap waktu, setiap saat. Saat suka dukanya, sumringahnya, ramai dan sepi nya.
Maka, cinta itu telah mengajarkanku belajar mengelola hati agar tak cepat emosi tatkala kecemburuanku menjadi-jadi. Bagaimana saya harus berhadapan dengan “Kecemburuan dan Kerinduan”

Karena cinta yang berlebihan itulah yang membuat aku merindu hingga dibuat cemburu. Ini baru pada makhluk bagaimana rasanya jika Allah cemburu pada kita? sebab kita terlampau sibuk memikirkan makluk dari kholiknya.

Karena kecemburuan dan kerinduan ini yang merekatkan cinta, menambah sakinah dan hari-hari kita terasa lebih berwarna untuk kembali bermanja-manja dengan suami tercinta.


Terima kasih cinta,
Yang memahamiku….
Juga kerinduanku…
Lengkap dengan kecemburuanku….

Dan aku juga begitu…
Padamu….
Belahan jiwaku….

Imam yang Allah titipkan untuk meluruskan segala kebengkokanku…



Bogor, 24 Februari 2016
Ditengah tumpukan kerjaan tanpa deadline ^_^

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

Republika Online

dakwatuna.com

 
Catatan Bunda Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template