Cinta itu...
Ujian
hidup
bagaimana
kamu bisa bersabar dalam rindu
dan
bersyukur oleh cemburu
Siang itu di ruang makan saya acuhkan dirinya
saya tinggalkan ruang makan dengan kondisi sangat tidak berselera. Saya acuhkan
dia yang masih sibuk menerima panggilan telepon dari teman kantor. Sabtu pekan ini hari
libur jadwal dia off (libur kerja) bukankah seharusnya adalah waktu dia dan
keluarganya? Tidak bisakah teman kantornya itu memahami tidak hanya kerjaan
yang menjadi “urusannya” ada keluarga; anak dan istrinya?
Perasaan saya sangat cemburu saat itu. salahkan saya yang cemburu
pada handphone nya? pada kantor nya? pada rekan kerja nya?
Benar saja.
Cinta itu ujian hidup
Bagaimana kita mampu bersabar dalam rindu
Dan bersyukur oleh cemburu
Cinta inilah yang membuat saya rindu pada waktu-waktu suami
bercengkrama dengan saya pun dengan anak-anak, berbincang hangat, berdiskusi,
bercanda dan bermanja-manja.
Cinta ini jugalah yang membuat saya menerbangkan rindu hanya berkirim pesan ucap say kangen, cinta inilah yang membuat saya memahami waktu-waktu
kesibukan suami dan menahan diri sejenak bahwa saya rindu waktu
bersama suami saat dia disibukkan dengan amanah dan pekerjaan kantornya. Ya, rindu perasaan dari cinta kami yang terpupuk tidak bisa digantikan dengan apapun dan hal lainnya kecuali ingin cepat-cepat bertemu, bercerita, berbincang, bercanda daaaaaan bermanja-manja walaupun lebih sering kemanjaan itu juga saya rindukan kemanjaan suami pada istrinya.
kali ini bagaimana membuat suami mengerti bahwa saya sedang rindu dan
cemburu?
Saya diamkan beberapa saat. tidak bertanya apapun sambil pelan-pelan
saya menata hati saya memilih menyendiri di kamar. Lepas suami menerima telepon
penting dari kantor dia mendekati saya mencoba membuka komunikasi lagi dengan
istrinya.
“Kenapa cinta? Marah ya abi terima telepon dari kantor?,” tanyanya
lembut
“Iya. Aku cemburu!!,” jawabku tanpa banyak basa-basi
“Maaf ya sudah buat cemburu. Boleh abi peluk?,” ungkapnya merajuk
Dia paling tau betul kalau sudah dipeluk mungkin amarahku bisa
mereda tapi kali ini tidak. Entah kenapa saya sedemikian cemburu. Saya katakan
pada suami saya butuh waktu dan tidak ingin dipeluk.
“Benar gak mau abi peluk?,” lagi-lagi merajuk
“Iya.”
“Ya udah abi kedepan ya.”
“Silakan.”
Rindu akan waktu saya bercengkrama, berdua, bermesra, bercanda,
bermanja dengan suami karena kecemburuan saya seketika berubah dari hangat
menjadi dingin. Seisi rumah seperti tidak nyaman berada berdekatan dan inilah
yang membuat kita berjarak. Hal ini juga yang disadari oleh suami bahwa
kecemburuan istri telah membuatnya berjarak dengan cepat iya kembali lagi ke
kamar dan membujuk saya.
“Umi, cinta.. maaf ya. Abi salah sudah buat umi cemburu. Boleh abi
tau kenapa umi cemburu?,” tanyanya
Sini kita duduk berdekatan. coba sampaikan kenapa umi cemburu? Sambil
ekspresinya buru-buru pengen peluk sang istri tapi tak bisa karena hati saya
masih terasa dingin.
Hmmm....sepertinya saya memang perlu komunikasikan perasaan cemburu
ini pada suami?,"Ungkap saya membatin
"Aku paham dan berusaha setiap waktu memahami kondisi abi baik sebagai suami dan karyawan. Pun terhadap waktu jam kerja abi dengan tidak banyak bertanya atau merengek kapan abi pulang walaupun aku juga rindu pertemuan dengan suami. Maka, ketika abi sampaikan padaku bahwa hari ini adalah waktu abi libur kerja aku ingin abi benar-benar libur dari segala persoalan di kantor apapun itu. 1 hari saja me time dengan suami juga dengan anak-anak. Bisakah? Kalaupun ada hal-hal darurat terkait kantor bolehkah komunikasi terlebih dahulu dengan istri? Selama 3 pekan tiap sabtu abi selalu masuk. Tentu berbeda jika tadi pagi abi sampaikan abi masuk kerja, tidak akan kutunggu waktu kita bermanja bersama,” ungkap saya menjelaskan padanya
“Oh begitu. tapi, ini darurat mi. abi harus ke kantor karena kunci
ruangan lupa dan terbawa sama abi. Jadi abi harus ke kantor memberikan kunci ke
rekan kerja.” Jawabnya menjelaskan.
Sampai penjelasannya itu saya tidak berkata lagi. memilih diam. Saya
persilakan suami mau melakukan aktivitas apa. Tidak lama setelah
kami berkomunikasi telepon suami berdering kembali dari rekan kerjanya
mengkonfirmasi bahwa ada kunci cadangan jadi suami tidak perlu ke kantor untuk
memberikan kunci.
Dalam hati saya mengucap syukur.
Setelahnya suami benar-benar minta maaf karena waktu me time kami “ada
gangguan” saya dibujuk, dirayu dan segala macam usahanya demi untuk melihat
sang istri tersenyum sumringah.
Berhasilkah?
tentu berhasil!
tentu berhasil!
saya pun tidak ingin berlama-lama dalam kecemburuan terlebih kehilangan waktu bersama suami.hehe
Jika cemburu, saya sampaikan pada suami; saya cemburu pada hal
ini dan hal itu, begitupun dengannya dia akan cemburu pada saya untuk hal
ini dan itu. maka ini yang kemudian menjadi "pakem" kami sama-sama mengkondisikan diri bahwa saya menghindari ini dan itu karena pasangan saya cemburu pada hal ini dan itu. saya berusaha menjauhi pada hal-hal apa aja yang suami saya tidak suka dan menyebabkan ia cemburu pun sebaliknya :D
Apakah suami menafikkan perasaan cemburunya sang istri?
"Masa kaya gitu aja cemburu ini kan cuma urusan sepele."
Alhamdulillah tidak demikian.
"Masa kaya gitu aja cemburu ini kan cuma urusan sepele."
Alhamdulillah tidak demikian.
Bagi saya bukan apa yang menjadikan suami dan istri cemburu tapi
pada komunikasi yang baik saat keduanya sedang dirundung cemburu dan ini yang
sulit (menurut saya) sebab kita kadang bisa berpikir tidak logis dengan api
yang terus membakar kondisi hati karena kecemburuan menjadi-jadi. Apinya memang tidak terlihat tapi panasnya sangat jelas terasa membakar bahkan bisa
jadi salah-salah pihak ketiga yang jadi sasaran kecemburuan suami/istri entah barangkah dan parahnya jika pihak ketiga itu adalah orang! Duh kasian! karena cemburunya kita pada suami/istri yang tidak bisa terkontrol membuat kita kurang kendali, menduga-duga, berprasangka, menuduh dan hal-hal lainnya.
"Ya Rabbi jaga hati kami tetap mengingatMu dan bersamaMu dalam segala cuaca hati."
"Ya Rabbi jaga hati kami tetap mengingatMu dan bersamaMu dalam segala cuaca hati."
Sulitkah menyampaikan pada pasangan. Maaf saya cemburu pada hal
ini dan itu yang kamu lakukan? selanjutnya komunikasikan dengan baik.
Ketika Cemburu Menyapa Hati
Salahkah aku yang cemburu?
saya teringat dari kisah Aisyah istri yang paling dicintai Rasulullah
setelah khodijah. Siapa bilang istri Rasulullah
tidak pernah cemburu? Lagi-lagi ini bukan alibi saya padanya bahwa saya layak cemburu dan kamu harus tau cemburunya saya. hohoo... tentu tidak demikian ^_^
Suatu malam Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam secara diam
diam keluar dari rumah Aisyah. Maka sikap Rasulullah ini menjadikan Aisyah
sedemikian merasa cemburu. Sekembalinya beliau dari luar rumah, Rasulullah memahami sikap Aisyah yang
sedang hanyut dalam rasa cemburu. Segera beliau bertanya kepada Aisyah: apakah
engkau sedang ditimpa rasa cemburu?
Mendapat pertanyaan seperti ini, Aisyah
menjawab:
Mana mungkin wanita seperti aku tidak terus
ditimpa rasa cemburu karena memiliki suami seperti engkau (suami idaman setiap
wanita)? Riwayat
Muslim
Saking cemburunya Aisyah, Rasulullah hanya
tersenyum seraya berkata “Apakah engkau masih meragukanku wahai Ummu Abdillah?”
sampai-sampai sang ayah Abu Bakar r.a mendengar perkataan Aisyah dan
kesal, lalu dia mendatangi Aisyah dan hendak menamparnya.
Cinta itu membutuhkan jiwa besar dan lapang
dada karena ternyata istriku/suamiku sering dirundung cemburu. Berumahtangga
itu…belajarnya setiap waktu, setiap saat. Saat suka dukanya, sumringahnya,
ramai dan sepi nya.
Maka,
cinta itu telah mengajarkanku belajar mengelola hati agar tak cepat emosi tatkala
kecemburuanku menjadi-jadi. Bagaimana saya harus berhadapan dengan “Kecemburuan
dan Kerinduan”
Karena cinta yang berlebihan itulah yang membuat aku merindu hingga dibuat cemburu. Ini baru pada makhluk bagaimana rasanya jika Allah cemburu pada kita? sebab kita terlampau sibuk memikirkan makluk dari kholiknya.
Karena cinta yang berlebihan itulah yang membuat aku merindu hingga dibuat cemburu. Ini baru pada makhluk bagaimana rasanya jika Allah cemburu pada kita? sebab kita terlampau sibuk memikirkan makluk dari kholiknya.
Karena
kecemburuan dan kerinduan ini yang merekatkan cinta, menambah sakinah dan
hari-hari kita terasa lebih berwarna untuk kembali bermanja-manja dengan suami tercinta.
Terima kasih cinta,
Yang memahamiku….
Juga kerinduanku…
Lengkap dengan
kecemburuanku….
Dan aku juga begitu…
Padamu….
Belahan jiwaku….
Imam yang Allah titipkan
untuk meluruskan segala kebengkokanku…
Bogor, 24 Februari 2016
Ditengah tumpukan kerjaan tanpa deadline ^_^
Bogor, 24 Februari 2016
Ditengah tumpukan kerjaan tanpa deadline ^_^
0 komentar:
Posting Komentar