22 November 2020
Aku merasa tubuhku mengigil, hanya
mengigil saja tidak panas. cek suhu normal 35-36 derajat celsius sore hari nya
aku menstruasi, deras, banyak darah yang keluar. kepalaku sakit dan oleng, aku
kehilangan konsentrasi, sore itu seharusnya adalah aktivitasku bertemu maya
dengan teman-teman lingkaranku.
Aku sedikit gelisah, tidak bisa
tidur, dan cemas. kurebahkan tubuhku dalam kondisi mengigil dan kepalaku yang
sakit entah bagaimana aku tertidur alhamdulillah nyenyak.
Ku buka mata sudah lewat magrib,
suami tidak membangunkan karena ia tau aku sedang menstruasi dan memberi waktu istirahat.
Ku lihat lampu dan mataku terasa sakit sebab pancaran cahayanya yang begitu
terang, lantas meminta suami mematikannya dan mengganti dengan cahaya yang
lebih redup. aku sangat-sangat sensitif hari itu dengan apa yang aku rasakan
juga kondisi bawaan menstruasi yang hormonnya naik turun. hehe
selama hampir seminggu aku
menstruasi aku juga merasakan di dalam
kepala seperti terasa bergoyang goyang, tidak bisa fokus, aku kehilangan
konsentrasi dan merasa sangat kelelahan saat itu aku berpikir oh mungkin kah Hb
rendah?
Ku minum obat penambah darah yang
sebelumnya diresepkan dokter karena riwayat anemia.
Hari berselang tidak ada
perubahan, sakit kepala nya menetap. Jelang sore hari hingga malam tubuhku
terasa mengigil hingga selimut yang membalut tubuh mungilku tak ada beda
rasanya, aku gemetar melalui malam dalam perasaan gelisah, tidak bisa tidur,
dan terbangun karena menggigil, anehnya tidak panas, suhu tubuhku normal dan
tubuhku terasa sakit.
Senin, 7 Desember 2020
Karena tidak ada perubahan hari
itu aku kemudian ke dokter umum, aku merasa sakit kepala yang tidak biasa
dibandingkan sakit kepala sebelumnya, rasanya berdenyut-denyut dan nyeri sangat
yang tertekan di dalam otakku, menyerupai ketegangan kepala namun hanya pada
titik tertentu dan berpindah.
Aku merasa seperti orang mabuk,
tapi migran dan oleng. Entahlah bagaimana menjelaskannya seperti itulah yang
aku rasakan. Mataku terasa pegal, dan sedikit tertarik, dan aku mengetahui saat
itu bahwa aku sensitif terhadap cahaya dan suara. Suara anak-anak yang
tiba-tiba menggelegar, aku sangat sensitif suasana hatiku juga sensitif.
Kujelaskan semua keluhan yang aku
rasanya kemudian diresepkan obat vertigo dan migran oleh dokter juga obat yang
lainnya, alhamdulillah wa syukurillah setelah minum obat tersebut keadaanku
membaik namun sesaat saja jika tidak
minum rasa sakit dan olengnya sangat terasa meski dalam posisi tiduran.
Disela-sela konsultasi dengan
dokter umum beliau menjelaskan jika kondisi tidak juga membaik dalam 3 hari
kedepan bahkan setelah meminum obat yang diresepkan aku harus segera dirujuk ke
dokter neurolog (ahli saraf) untuk memastikan keadaan dalam kepalaku.
Rabu, 9 Desember 2020
Tenggorokanku terasa sakit saat
menelan, 3 hari berikutnya suaraku parau, cepat sekali perubahannya dan aku masih berpikir biasa
saja karena riwayat alergiku yang sering kambuh jika pergantian cuaca, ah. Aku memang
seperti itu lebih mudah terserang flu karena alergiku yang sering kambuh.
Berbeda dengan suamiku. Jarang sekali sakit. Dalam setahun pernah hanya
sesekali sakit mata oleh sebab debu selama berkendaraan.
Aku merasa sangat kelelahan. Aktivitasku
masih seperti biasa, pagi sampai siang hari menemani waktu belajar daring
anak-anak, dengan 4 anak yang super luar biasa aktifnya wajar jika aku merasa
sangat kelelahan dan mudah lelah.
Kamis, 10 Desember 2020
Aku mulai batuk kering, terus berlanjut
sampai mengeluarkan dahak dan tidak kunjung membaik meskipun sudah minum obat
batuk, obat alergi, tidurku tidak cukup nyaman apalagi nyenyak karena harus
terbangun dan terjaga oleh sebab batuk yang tidak tertahan, aku bangun untuk
minum air menghilangkan rasa gatal di tenggorokan
Hidungku tersumbat, aku merasakan
flu. Lengkaplah sudah yang aku rasakan saat itu, aku terserang radang. Aku
memutuskan melanjutkan minum obat yang ada dalam stok kotak obatku. Beginilah
reaksi mereka yang memiliki alergi harus punya stok obat alergi yang siap
setiap waktu jika kondisi membuat alergi mereka kambuh.
Bagaimana bisa sudah mencoba
menghindari pencetusnya tapi masih tetap kambuh? Aku pun berpikir begitu,
selama musim pandemi aku hampir tidak pernah minum dingin, yang kuminum air
mineral biasa bahkan hangat, jarang makan gorengan meski beberapa menu lauk di
rumah kami kami tetap saja ada yang digoreng. Aku memang lebih rentan terserang
flu daripada umumnya.
Kamis, 10 Desember 2020
Setelah aktifitas Pelantikan
Gugus Pramuka di Sekolah, suami pulang ke rumah hanya sebentar untuk bergegas
kembali karena harus mengirimkan pesanan untuk Agen kami di Madiun, Gudang Pelabuhan
yang semenjak Rabu, 9 Desember ditetapkan Libur Nasional Pilkada Serentak maka
hari itu penuh dengan banyaknya kiriman juga kerumunan orang yang antri
mengirim paket termasuk suami.
Disanalah ia mengabarkan dan
mengirim vidio suasanya keramaian dan antrian yang panjang, tentu informasi
tersebut menggambarkan bahwa ia akan lebih lama disana dan telat sampai ke
rumah. Saat itu saya mulai khawatir karena suami hanya menggunakan masker scuba
tanpa protokol kesehatan yang ketat juga berlama-lama dalam kondisi demikian.
Bismillah, baik-baik saja, “Ucapku lirih
Jumat, 11 Desember 2020
Malam harinya tubuh suami
menggigil suhu nya panas 37,8 tidak
berani memeluk meski biasanya suhu tubuhnya akan mereda saat ia di peluk istri,
entahlah aku memahaminya bagian dari metode kanguru yang sering kami lakukan
semenjak putri kembar kami lahir dengan berat 2 kilo yang mengharuskan setiap
saat menempel dengan tubuh orangtuanya untuk menstabilkan kondisi mereka. kuberikan obat penurun panas dan ia tertidur
pulas. Ia memang seperti itu, cepat tidur dan jarang gelisah. Sepertinya ia
akan baik-baik saja setelah minum obat. Aku pun tidak begitu mencemaskannya.
Minggu, 13 Desember 2020
Suami mengeluhkan badan nyeri
rasanya seperti ada beban yang berat, pegel-pegel. Aku cek kolesterol, asam
urat dan gula dengan alat yang kami punya di rumah dan hasilnya menunjukkan
asam urat suami tinggi 8,5 menjelang malam suhu tubuhnya tidak normal, panas
nya tidak juga mereda meski sudah minum obat penurun panas. Dia demam.
Oh, mungkin pegel karena asam
uratnya,” pikirku saat itu
Senin, 14 Desember 2020
Aku ternyata harus kembali lagi
ke dokter umum untuk mengecek gejala yang aku rasakan selama ini, tepat
seminggu lalu datang kesini mengeluhkan sakit kepala yang aku rasanya. Dokter
sudah tau, jika aku datang pasti akan lama berkonsultasi aku menceritakan kondisiku
begini dan begitu, kenapa merasakan ini dan itu, dan harus bagaimana agar aku
bisa cepat pulih. Aku berpikir bagaiman agar bisa pulih karena harus mengurus
segela keperluan rumah tangga juga usaha yang kami kelolah.
Mungkin hanya aku pasien yang
bawel dan perlu edukasi yang jelas agar hatiku merasa puas mendapat jawaban
yang tepat. Hehee
Kali ini aku datang dengan keluhan
yang berbeda, aku kesulitan menelan dan suaraku sudah parau bukan sekedar serak
tapi hampir aku kehilangan suara dalam waktu singkat. Sesuatu yang tidak biasa
aku rasakan sebelumnya dan aku sangat penasaran.
Masih dengan dokter yang sama, Ia
menanyakan bagaimana sakit kepala yang aku rasanya sebelumnya? Apakah saat ini
masih di rasakan? Apakah perlu di rujuk ke dokter syaraf? Aku katakan padanya,
alhamdulillah kondisi sakit kepalaku mulai membaik meski kadang kambuhan.
Dengan keluhanku hari ini ia
memberi jawaban ini hanya radang aku pun di berikan obat radang. Hatiku tenang.
Tidak pernah berpikir sebelumnya ini adalah bagian dari Gejala yang
dikhawatirkan banyak orang.
Malam hari nya anakku si kember membuat
kehebohan. mengeluhkan kondisi Abinya yang tidak biasa karena tidak bisa
menyium bau Pup Zaif meski jarak terdekat sekalipun. Bagaimana dengan panas
nya? Alhamdulillah malam itu suhu tubuh suami normal hanya merasakan badan yang
pegal dan sakit.
Selasa, 15 Desember 2020
Pagi itu aku mengkonfirmasi
keluhan anak kami, mengecek kembali dan mengetes langsung apakah benar indra
penciumannya hilang? Aku berikan minyak telon ku oleskan ke hidungnya.
Bagaimana baunya? Tanyaku padanya
“Gak wangi apa-apa? Jawabnya
“Masa sih? Coba tutup satu lobang
hidungnya kemudian cium aroma minyak ini dengan lubang hidung yang lain,”
tanyaku lagi penasaran
“Iya, gak bau apa-apa?
Aku menghela nafas yang dalam.
Aku sudah menduga ini tidak biasa, ia terpapar virus corona. Demam, dan pagi
itu kehilangan indra penciumannya. Kuambil handphone ku atur jadwal untuk swab
antingen tanpa persetujuan darinya. Aku cemas, dengan keadaanku pada hari itu
juga mengalami radang, aku rentan, aku lebih mudah terpapar jika kondisiku
tidak juga menunjukkan adanya perubahan.
Ku jadwalkan di Laboratorium Klinik
di Pasar Minggu jam-8 pagi untuk swab antingen, ku pesan tiketnya, transfer dan
klik selesai.
Aku sampaikan padanya aku sudah
mengatur jadwal yang mengharuskan suami untuk swab. Ia menolak, ia mengira
sakitnya biasa saja. Sampai kondisi aku tidak ingin berdebat, dengan hati
terpaksa (sepertinya) suami harus mengikuti keinginan istrinya untuk swab
antingen.
Jam8 pagi hari itu ia sudah tiba
di Laboratorium kurang lebih 3 jam menunggu antrian juga menunggu petugas swab
nya datang. Hasilnya dikabarkan akan keluar sore itu juga.
Sesampainya di rumah karena sudah
waktu makan siang dan sholat, ia bergegas ke dapur dan makan. Yang ku ingat
disuapinya Zaif kecil dari mangkok sayur yang ia sudah makan. Aku terkaget.
Sore itu yang ditunggu pun tiba,
aku mengecek dari aplikasi pesananku terkait hasil Swab Antingen suami. Hatiku
berdegup kencang, aku tidak panik dengan sangat yakin hasil mengatakan bahwa
suami bergejala.
Ku buka aplikasinya, perlahan
kulihat. Disana tertera keterangan POSITIF
mohon segera melakukan konsultasi dengan dokter online kami.
(Bersambung)
22 November 2020
Aku merasa tubuhku mengigil, hanya
mengigil saja tidak panas. cek suhu normal 35-36 derajat celsius sore hari nya
aku menstruasi, deras, banyak darah yang keluar. kepalaku sakit dan oleng, aku
kehilangan konsentrasi, sore itu seharusnya adalah aktivitasku bertemu maya
dengan teman-teman lingkaranku.
Aku sedikit gelisah, tidak bisa
tidur, dan cemas. kurebahkan tubuhku dalam kondisi mengigil dan kepalaku yang
sakit entah bagaimana aku tertidur alhamdulillah nyenyak.
Ku buka mata sudah lewat magrib,
suami tidak membangunkan karena ia tau aku sedang menstruasi dan memberi waktu istirahat.
Ku lihat lampu dan mataku terasa sakit sebab pancaran cahayanya yang begitu
terang, lantas meminta suami mematikannya dan mengganti dengan cahaya yang
lebih redup. aku sangat-sangat sensitif hari itu dengan apa yang aku rasakan
juga kondisi bawaan menstruasi yang hormonnya naik turun. hehe
selama hampir seminggu aku
menstruasi aku juga merasakan di dalam
kepala seperti terasa bergoyang goyang, tidak bisa fokus, aku kehilangan
konsentrasi dan merasa sangat kelelahan saat itu aku berpikir oh mungkin kah Hb
rendah?
Ku minum obat penambah darah yang
sebelumnya diresepkan dokter karena riwayat anemia.
Hari berselang tidak ada
perubahan, sakit kepala nya menetap. Jelang sore hari hingga malam tubuhku
terasa mengigil hingga selimut yang membalut tubuh mungilku tak ada beda
rasanya, aku gemetar melalui malam dalam perasaan gelisah, tidak bisa tidur,
dan terbangun karena menggigil, anehnya tidak panas, suhu tubuhku normal dan
tubuhku terasa sakit.
Senin, 7 Desember 2020
Karena tidak ada perubahan hari
itu aku kemudian ke dokter umum, aku merasa sakit kepala yang tidak biasa
dibandingkan sakit kepala sebelumnya, rasanya berdenyut-denyut dan nyeri sangat
yang tertekan di dalam otakku, menyerupai ketegangan kepala namun hanya pada
titik tertentu dan berpindah.
Aku merasa seperti orang mabuk,
tapi migran dan oleng. Entahlah bagaimana menjelaskannya seperti itulah yang
aku rasakan. Mataku terasa pegal, dan sedikit tertarik, dan aku mengetahui saat
itu bahwa aku sensitif terhadap cahaya dan suara. Suara anak-anak yang
tiba-tiba menggelegar, aku sangat sensitif suasana hatiku juga sensitif.
Kujelaskan semua keluhan yang aku
rasanya kemudian diresepkan obat vertigo dan migran oleh dokter juga obat yang
lainnya, alhamdulillah wa syukurillah setelah minum obat tersebut keadaanku
membaik namun sesaat saja jika tidak
minum rasa sakit dan olengnya sangat terasa meski dalam posisi tiduran.
Disela-sela konsultasi dengan
dokter umum beliau menjelaskan jika kondisi tidak juga membaik dalam 3 hari
kedepan bahkan setelah meminum obat yang diresepkan aku harus segera dirujuk ke
dokter neurolog (ahli saraf) untuk memastikan keadaan dalam kepalaku.
Rabu, 9 Desember 2020
Tenggorokanku terasa sakit saat
menelan, 3 hari berikutnya suaraku parau, cepat sekali perubahannya dan aku masih berpikir biasa
saja karena riwayat alergiku yang sering kambuh jika pergantian cuaca, ah. Aku memang
seperti itu lebih mudah terserang flu karena alergiku yang sering kambuh.
Berbeda dengan suamiku. Jarang sekali sakit. Dalam setahun pernah hanya
sesekali sakit mata oleh sebab debu selama berkendaraan.
Aku merasa sangat kelelahan. Aktivitasku
masih seperti biasa, pagi sampai siang hari menemani waktu belajar daring
anak-anak, dengan 4 anak yang super luar biasa aktifnya wajar jika aku merasa
sangat kelelahan dan mudah lelah.
Kamis, 10 Desember 2020
Aku mulai batuk kering, terus berlanjut
sampai mengeluarkan dahak dan tidak kunjung membaik meskipun sudah minum obat
batuk, obat alergi, tidurku tidak cukup nyaman apalagi nyenyak karena harus
terbangun dan terjaga oleh sebab batuk yang tidak tertahan, aku bangun untuk
minum air menghilangkan rasa gatal di tenggorokan
Hidungku tersumbat, aku merasakan
flu. Lengkaplah sudah yang aku rasakan saat itu, aku terserang radang. Aku
memutuskan melanjutkan minum obat yang ada dalam stok kotak obatku. Beginilah
reaksi mereka yang memiliki alergi harus punya stok obat alergi yang siap
setiap waktu jika kondisi membuat alergi mereka kambuh.
Bagaimana bisa sudah mencoba
menghindari pencetusnya tapi masih tetap kambuh? Aku pun berpikir begitu,
selama musim pandemi aku hampir tidak pernah minum dingin, yang kuminum air
mineral biasa bahkan hangat, jarang makan gorengan meski beberapa menu lauk di
rumah kami kami tetap saja ada yang digoreng. Aku memang lebih rentan terserang
flu daripada umumnya.
Kamis, 10 Desember 2020
Setelah aktifitas Pelantikan
Gugus Pramuka di Sekolah, suami pulang ke rumah hanya sebentar untuk bergegas
kembali karena harus mengirimkan pesanan untuk Agen kami di Madiun, Gudang Pelabuhan
yang semenjak Rabu, 9 Desember ditetapkan Libur Nasional Pilkada Serentak maka
hari itu penuh dengan banyaknya kiriman juga kerumunan orang yang antri
mengirim paket termasuk suami.
Disanalah ia mengabarkan dan
mengirim vidio suasanya keramaian dan antrian yang panjang, tentu informasi
tersebut menggambarkan bahwa ia akan lebih lama disana dan telat sampai ke
rumah. Saat itu saya mulai khawatir karena suami hanya menggunakan masker scuba
tanpa protokol kesehatan yang ketat juga berlama-lama dalam kondisi demikian.
Bismillah, baik-baik saja, “Ucapku lirih
Jumat, 11 Desember 2020
Malam harinya tubuh suami
menggigil suhu nya panas 37,8 tidak
berani memeluk meski biasanya suhu tubuhnya akan mereda saat ia di peluk istri,
entahlah aku memahaminya bagian dari metode kanguru yang sering kami lakukan
semenjak putri kembar kami lahir dengan berat 2 kilo yang mengharuskan setiap
saat menempel dengan tubuh orangtuanya untuk menstabilkan kondisi mereka. kuberikan obat penurun panas dan ia tertidur
pulas. Ia memang seperti itu, cepat tidur dan jarang gelisah. Sepertinya ia
akan baik-baik saja setelah minum obat. Aku pun tidak begitu mencemaskannya.
Minggu, 13 Desember 2020
Suami mengeluhkan badan nyeri
rasanya seperti ada beban yang berat, pegel-pegel. Aku cek kolesterol, asam
urat dan gula dengan alat yang kami punya di rumah dan hasilnya menunjukkan
asam urat suami tinggi 8,5 menjelang malam suhu tubuhnya tidak normal, panas
nya tidak juga mereda meski sudah minum obat penurun panas. Dia demam.
Oh, mungkin pegel karena asam
uratnya,” pikirku saat itu
Senin, 14 Desember 2020
Aku ternyata harus kembali lagi
ke dokter umum untuk mengecek gejala yang aku rasakan selama ini, tepat
seminggu lalu datang kesini mengeluhkan sakit kepala yang aku rasanya. Dokter
sudah tau, jika aku datang pasti akan lama berkonsultasi aku menceritakan kondisiku
begini dan begitu, kenapa merasakan ini dan itu, dan harus bagaimana agar aku
bisa cepat pulih. Aku berpikir bagaiman agar bisa pulih karena harus mengurus
segela keperluan rumah tangga juga usaha yang kami kelolah.
Mungkin hanya aku pasien yang
bawel dan perlu edukasi yang jelas agar hatiku merasa puas mendapat jawaban
yang tepat. Hehee
Kali ini aku datang dengan keluhan
yang berbeda, aku kesulitan menelan dan suaraku sudah parau bukan sekedar serak
tapi hampir aku kehilangan suara dalam waktu singkat. Sesuatu yang tidak biasa
aku rasakan sebelumnya dan aku sangat penasaran.
Masih dengan dokter yang sama, Ia
menanyakan bagaimana sakit kepala yang aku rasanya sebelumnya? Apakah saat ini
masih di rasakan? Apakah perlu di rujuk ke dokter syaraf? Aku katakan padanya,
alhamdulillah kondisi sakit kepalaku mulai membaik meski kadang kambuhan.
Dengan keluhanku hari ini ia
memberi jawaban ini hanya radang aku pun di berikan obat radang. Hatiku tenang.
Tidak pernah berpikir sebelumnya ini adalah bagian dari Gejala yang
dikhawatirkan banyak orang.
Malam hari nya anakku si kember membuat
kehebohan. mengeluhkan kondisi Abinya yang tidak biasa karena tidak bisa
menyium bau Pup Zaif meski jarak terdekat sekalipun. Bagaimana dengan panas
nya? Alhamdulillah malam itu suhu tubuh suami normal hanya merasakan badan yang
pegal dan sakit.
Selasa, 15 Desember 2020
Pagi itu aku mengkonfirmasi
keluhan anak kami, mengecek kembali dan mengetes langsung apakah benar indra
penciumannya hilang? Aku berikan minyak telon ku oleskan ke hidungnya.
Bagaimana baunya? Tanyaku padanya
“Gak wangi apa-apa? Jawabnya
“Masa sih? Coba tutup satu lobang
hidungnya kemudian cium aroma minyak ini dengan lubang hidung yang lain,”
tanyaku lagi penasaran
“Iya, gak bau apa-apa?
Aku menghela nafas yang dalam.
Aku sudah menduga ini tidak biasa, ia terpapar virus corona. Demam, dan pagi
itu kehilangan indra penciumannya. Kuambil handphone ku atur jadwal untuk swab
antingen tanpa persetujuan darinya. Aku cemas, dengan keadaanku pada hari itu
juga mengalami radang, aku rentan, aku lebih mudah terpapar jika kondisiku
tidak juga menunjukkan adanya perubahan.
Ku jadwalkan di Laboratorium Klinik
di Pasar Minggu jam-8 pagi untuk swab antingen, ku pesan tiketnya, transfer dan
klik selesai.
Aku sampaikan padanya aku sudah
mengatur jadwal yang mengharuskan suami untuk swab. Ia menolak, ia mengira
sakitnya biasa saja. Sampai kondisi aku tidak ingin berdebat, dengan hati
terpaksa (sepertinya) suami harus mengikuti keinginan istrinya untuk swab
antingen.
Jam8 pagi hari itu ia sudah tiba
di Laboratorium kurang lebih 3 jam menunggu antrian juga menunggu petugas swab
nya datang. Hasilnya dikabarkan akan keluar sore itu juga.
Sesampainya di rumah karena sudah
waktu makan siang dan sholat, ia bergegas ke dapur dan makan. Yang ku ingat
disuapinya Zaif kecil dari mangkok sayur yang ia sudah makan. Aku terkaget.
Sore itu yang ditunggu pun tiba,
aku mengecek dari aplikasi pesananku terkait hasil Swab Antingen suami. Hatiku
berdegup kencang, aku tidak panik dengan sangat yakin hasil mengatakan bahwa
suami bergejala.
Ku buka aplikasinya, perlahan
kulihat. Disana tertera keterangan POSITIF
mohon segera melakukan konsultasi dengan dokter online kami.
(Bersambung)